Senin, 20 Juli 2009

JURUS-JURUS PENAKLUK REZEKI: DARI DOA YANG DIAJARKAN OLEH RASULULLAH SAW

Pada suatu waktu ada seorang pimpinan sebuah perusahaan nasional sedang berlibur di Bali dan sampailah ia di sebuah pantai. Di suatu sore itu, sang Direktur tadi, pada saat ia sedang berjalan-jalan menyusuri pantai menanti sunset, matanya terbentur pada sesosok pemuda berpakaian seadanya (maklum di pantai, yang lumrah kita jumpai bila kita sedang di Kuta, Bali), sedang bemalas-malasan di atas bale-bale di pinggir pantai itu.

Sang Direktur yang sudah terbiasa bekerja keras sejak muda merasa terusik dengan aktivitas pemuda tersebut. Pikirnya, kalau saja para pemuda bangsa ini kerjanya hanya tidur-tiduran dan bermalas-malasan seperti ini, bagaimana mungkin negara ini bisa maju? Ia pun segera menghampiri pemuda itu.”Mas sedang ngapain Anda?” ia bertanya.

Pemuda tersebut menoleh dan malah balik bertanya,”apa Bapak nggak melihat saya sedang tidur-tiduran?” Meski pun dengan menahan perasaan geram, sang Direktur berusaha menahan diri. Pikirnya anak muda ini belum mengerti hakikat hidup yang harus dijalani manusia. Sang Direktur yang telah mengecap setumpuk asam garam kehidupan pun merasa terpanggil untuk menyadarkannya. “Mas, apa kamu tidak bekerja.?

“Untuk apa.”tanya si pemuda

“Ya, supaya kamu bisa membeli barang-barang yang kamu butuhkan. Supaya kamu bisa punya tabungan, punya rumah. Supaya di saat tua nanti kamu bisa menikmati hidup dan tidur bermalas-malasan seperti sekarang ini.” Jelas sang Direktur dengan nada tinggi menahan geram namun tetap masih menahan diri.

“oh, iya? Lantas, apa Bapak nggak melihat apa yang sedang saya lakukan?”balas si anak muda.

Teman dan sahabat, anda mungkin sudah pernah mendengar atau membaca cerita menggelitik di atas. Saya juga tak tahu sumber asalnya dari mana. Namun cerita di atas saya kutip sebagai pengantar tulisan saya seterusnya. Tanya jawab sang Direktur dengan anak muda di atas menunjukkan bahwa makna hidup bagi setiap manusia tidak sama.

Seorang Direktur yang sarat pengalaman memandang bahwa hidup harus diisi dengan kerja keras agar bisa bersantai-santai ketika usia sudah senja. Ibarat pepatah, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Sementara, anak muda yang masih minim pengalaman merasa tidak perlu bekerja keras. “Buat apa kerja keras, selagi muda, nikmati saja hidup,” begitu kira-kira yang ada dikepalanya. Bahkan ada slogan yang tertera di kaus souvenir Joger,”Muda foya-foya, Tua kaya raya, Mati masuk Surga.”


Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang meminta doa memohon pembuka rezeki. Menarik sekali bagi saya, karena ternyata masih banyak diantara kita yang memandang bahwa disamping kita harus bekerja keras, bekerja cerdas, tetap membutuhkan pertolongan Allah yang Maha Kuasa dalam setiap ikhtiarnya. Suatu pertanyaan yang harus diapresiasi.

Ada doa yang diajarkan leh Rasulullah SAW tentang pembuka jalan rezeki,
”Allahumma inni a’udzubika minal hammi wal hazani, wa a’udzubika minal ajzi wal kasali, wa a’udzubika minal jubni wal bukhli, wa a’udzubika min ghalabatid daini wa qahrir rijaal.”
Yang artinya,”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegundahan hati dan kesedihan. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, Aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari himpitan hutang dan tekanan orang lain.”

Doa ini memotivasi kita bahwa pembuka jalannya rezeki bisa dikategorikan ke dalam 4 jurus.

1. TERLINDUNG/TERBEBAS DARI KEGUNDAHAN DAN KESEDIHAN
Kegundahan dan Kesedihan timbul dari sifat peragu. Kegundahan atau kebimbangan timbul dari akibat tidak adanya pegangan hidup. Tiadanya pegangan hidup menjadikan hidup berjalan seperti air mengalir. Ada kalanya dia berbelok kekiri atau ke kanan karena ada hambatan dihadapannya. Ada kalanya ia berhenti karena terhalang jalan untuk keluar, sehingga ia tidak kemana-mana.

Kerja keras yang dijalaninya hanya akan mengakibatkan kelelahan fisik dan mental. Banyak orang yang berkata,”waktu dua puluh empat jam sehari seakan tidak cukup buat saya. Waduh, saya enggak ada waktu nih.” Pada lain kasus banyak orang kalut dan sedih berkepanjangan ketika usahanya diujung kebangkrutan. Panik dan sejenisnya.

Jenis orang yang seperti ini sudah dipermainkan oleh waktu. Bukan dia yang mengelola dan memanage waktu tetapi waktulah yang mempermainkannya.

Dia mengejar dunia, dan dunia yang dikejarnya semakin menjauh darinya.

Di dalam Hadits Qudsi Allah berfirman kepada dunia,”Layani mereka yang melayani Aku, Cintailah mereka yang mencintai-Ku, dan tinggalkan mereka yang menjauhi-Ku.” Makanya taklukkan waktu, kelola waktu, mana alokasi waktu untuk bekerja, mana alokasi waktu untuk ibadah.

Maka untuk bebas dari kegundahan dan kesedihan, carilah dan genggam kuat pegangan hidup. Peganglah yang memberi hidup, peganglah yang Maha Pemberi Rezeki.

2. TERLINDUNG/TERBEBAS DARI KELEMAHAN DAN KEMALASAN
Kelemahan dapat disebabkan karena tidak adanya atau minimnya ilmu, skill dan jaringan yang dimiliki. Secara kualitas seseorang tanpa ilmu dan skill dapat digolongkan sebagai orang yang lemah. Dan dari kelemahan itulah timbul sifat malas.

Di dalam Al-Qur’an surat Ar Rad [13] : 11, Allah SWT berfirman,”Sungguh, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya.”

Banyak yang mengaku sebagai orang Islam, tetapi perbuatan mereka tidak mencerminkan sebagai seorang Muslim. Ketika Rasulullah bersabda,”Tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah,” pada kenyataannya banyak saudara kita lebih memilih menjadi peminta-minta ketimbang bekerja membanting tulang.

Coba saja kita saksikan pemandangan di perempatan kota besar seperti Jakarta. Hampir di semua lampu merah, kita bisa menyaksikan tangan-tangan “di bawah” menengadah meminta sedekah, bahkan tak jarang yang meminta dengan paksa. Ada pula pengemis berjas dan berdasi yang meminta-minta sambil membawa proposal progarm A atau program B. Orang jenis ini adalah orang yang malas mencari rezeki dijalan Allah. Mereka membuat rencana kerja fiktif, membobol bank dan akhirnya kabur keluar negeri.

3. TERLINDUNG/TERBEBAS DARI SIFAT PENAKUT DAN KIKIR
Penakut adalah tingkatan yang advance dari peragu. Ragu memulai usaha karana takut rugi. Ragu melamar pekerjaan karena takut tidak diterima. Tetapi ragu dan takut juga melanda seorang yang sudah bekerja. Takut untuk bermimpi menjadi pegawai yang lebih tinggi posisinya. Pengusaha yang sudah berjalan usahanya ragu untuk mengembangkan karena takut tidak tertangani nantinya.

Ini membutuhkan transformasi mental. Transformasi mental bisa didapatkan karena memiliki keyakinan yang kuat. Keyakinan bahwa setiap ikhitiar kita akan selalu mendapat lindungan dari Yang Maha Kuasa, selama kita meniatkan ikhtiar yang kita jalani untuk ibadah. “Inna Sholati wanusuki wa mahyaaya wa mamaati Lillahi Robbil ‘Alamin.”

Sikap kikir hanya akan menjerumuskan seseorang ke lembah kenistaan. Harus diingat kekayaan yang dicari sampai setengah mati, siang jadi malam, malam jadi siang, tidak akan berarti apa-apa kalau dia meningal dunia. Yang dibawa hanya dua lembar kain yang enggak laku dijual selain buat membungkus mayat, kain kafan.

Untuk memperlancar datangnya rezeki maka banyak-banyaklah berbagi, berinfak, bersedekah. Ingat filosofi terowongan? Air akan terus mengalir apabila kedua mulut terowongan terbuka. Sebaliknya kalau satu mulut terowongan tertutup, maka air akan berhenti mangalir, perlahan menjadi bau, menjadi sarang penyakit.


4. TERLINDUNG/TERBEBAS DARI HIMPITAN HUTANG DAN TEKANAN ORANG LAIN
Salah satu jalan pintas dalam mengatasi kesulitan ekonomi, bagi sebagian banyak orang, adalah dengan berhutang. Bagaimana bayarnya? Bagaimana entar aja. Begitu jawabnya. Celakanya berhutang itu digunakan untuk keperluan konsumtif. Memang ada keperluan konsumtif yang rasanya baik dengan jalan berhutang, contoh, cicil rumah dengan KPR.

Hutang yang menjadi bencana adalah hutang bermajemuk dengan tingkat interes yang tinggi, seperti kartu kredit. Buat ngopi di Mall ngegesek, bahkan cuma buat beli kaos kaki ngegesek. Tagihan nggak kebayar didatangi debt collector. Stress. Tingkatan hutang yang terhitung top adalah hutang jangka pendek berbunga tinggi dari rentenir. Hutang nggak kebayar, rumah hilang.

Nah dari hutang yang demikian, seseorang tidak bisa bebas dan selalu under control orang lain. Susah untuk bergerak, susah untuk berproduksi, bawaannya was-was, deg degan, stres dan kemudian bunuh diri. Oleh karenanya saat ini banyak tumbuh lembaga pembiayaan mikro syariah seperti BMT (Baitul Maal wat Tamwil) amat sangat membantu kaum Muslimin yang butuh pemberdayaan.

Oleh karenanya doa yang diajarkan oleh Rasulullah sungguh doa yang memiliki tingkat inspirasi dan motivasi yang tinggi. Dengan bersandar kepada Allah apabila menghadapi kesulitan hidup, masalah ekonomi keluarga, perkuat ibadah shalat wajib dan tahajjud serta bertawakkal. Janji Allah,”Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, Allah akan memberinya jalan keluar baginya (atas segala kesulitan dan permasalahan). Dan memberikannya rezeki tanpa diduga.” QS Ath-Thalaq:2-3).

Semoga bermanfaat, Hadanallahu wa iyyaku ajma’in.

Jakarta, 21 Juli 2009/CERAH HATI INSTITUTE

Senin, 22 Juni 2009

KELUARGA SAKINAH: MUDAHNYA DIA BUAT JANJI, SEMUDAH DIA INGKAR JANJI Inspired by the Song : ”CINTA” performed by: Rossa

ke gurun engkau ikut
ke kutub engkau turut
bersama sehidup semati
demikian kau ucapkan janji
menangis kita berdua
tertawa bersama
tapi kini apa terjadi
segalanya kau tak peduli lagi
dan yang lebih menghancurkan kalbu
kau bercumbu di depanku
Oh Tuhan tunjukkanlah
dosa dan salahku
mudahnya dia buat janji
semudah dia ingkari janji
alangkah kejamnya cinta
alangkah pedihnya
kejam oh kejam
pedih oh pedih
cinta oh cinta

Lagu ini ditulis oleh Titik Puspa sudah lama sekali, dan yang melantunkannya Broery, Acil Bimbo hingga Rossa. Saya menafsirkan lagu ini mengenai seorang, apakah itu pria atau wanita, yang telah mengikat janji untuk dapat mengarungi samudera kehidupan bersama, telah bersumpah setia, dalam keadaan senang mau pun susah selalu bersama. Tetapi pada perjalanannya apa yang mereka cita-citakan hilang lenyap karena salah seorang dari mereka berpaling kepada yang lain.

Tahun lalu, di bulan Ramadhan, seorang teman, pria, menelepon saya pengen bertemu karena ada masalah yang besar yang sedang dihadapinya, dan minta bantuan saya. Wah, dalam pikiran saya, masalah besar di bulan Ramadhan, nggak jauh-jauh nih, biasanya masalah buat THR. Tapi, saya menemui dia. Yang saya agak surprise, dia minta ketemunya di Masjid Sunda Kelapa, biar ”hawanya adem.” Boleh juga nih.

Ternyata masalah yang diceritakannya diluar dugaan saya, bukan masalah THR, tetapi masalah rumah tangganya yang diambang perceraaian. Masya Allah. Padahal beberapa waktu sebelumnya saya melihat mereka adalah sepasang suami istri yang hangat, yang berbahagia, karena mungkin satu profesi, sebagai praktisi event organizer. Bahkan mereka beberapa kali terlibat dalam satu proyek bersama. Singkatnya mereka adalah pasangan yang kompak seperti ganda campuran Christian Hadinata dan Imelda (duh jadul ni yeee).

Pada dua tahun lalu, teman saya ini mendapat proyek pekerjaan di Makasar. Ada sebuah perusahaan disana yang memerlukan seorang konsultan untuk mengerjakan proyek selama satu tahun. Jadilah Teman ini berangkat dengan memboyong keluarganya, istri dan dua anaknya yang masih kecil. Pekerjaan yang menarik dan penuh dengan kreatifitas dijalani dengan penuh semangat. Hari libur dipergunakan mereka dengan penuh keceriaan, yang tidak pernah mereka jalani ketika mereka di Jakarta, maklum di daerah masih banyak tempat berlibur yang bagus dan alami. Anak-anaknya pun merasakan keriangan yang berbeda dan mereka menjalani hari-hari dengan penuh kebahagiaan.

Tetapi justru disanalah awal bencana rumah tangganya terjadi. Rupanya secara diam-diam ada seorang karyawan di perusahaan itu yang menaruh perhatian pada isteri teman ini. Dan celakanya, si istri pun menanggapi perhatian itu dengan sikap yang serupa, mau-mau juga. Ketika proyek pekerjaan selesai, si karyawan tadi juga pindah ke Jakarta, sehingga berlanjutlah hubungan di belakang layar tadi. Hingga akhirnya tau lah si suami, teman saya tadi. Pecahlah keributan di rumah tangganya, yang sayangnya, karena peristiwa itu, keutuhan rumah tangganya tidak dapat dipertahankan lagi. Akhirnya bercerailah mereka, dengan kedua anak ikut dengan Bapaknya.

Sungguh, kita semua tentu tidak ingin kejadian sekecil apa pun mencederai keutuhan rumah tangga kita. Kita ingin rumah tangga kita tetap bertahan dengan harmonis, penuh kehangatan hingga kita semua menutup mata, amin

Lalu bagaimanakah kiat-kiat menjaga keharmonisan rumah tangga kita agar tetap sakinah mawaddah wa rohmah hingga kematianlah yang memisahkan kita dengan pasangan hidup kita sebagai berikut :

1.Berbagi visi dan cita-cita

Dalam menentukan pasangan hidup, tentunya di awal pernikahan kita harus benar-benar meluruskan niat kita. Apalagi bagi seseorang yang sudah menikah, suami dan istri sama-sama bekerja. Masing-masing harus mau dan mampu memahami pekerjaan pasangannya. Dengan kata lain satu haluan (satu visi dan misi, satu pemikiran). Agar nantinya lebih mudah dalam berkomunikasi dan menentukan arah dan langkah hidup selanjutnya. Tidak bisa dibayangkan, jika suami aktif dengan pilihan profesinya, si istri tidak dapat mampu memahaminya., begitu pun sebaliknya. Jika hal ini terjadi, tentunya akan sulit terbentuknya rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

2.Saling percaya

Ini juga merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki para pasangan hidup. Kita harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan pasangan hidup kita. Jangan sekali pun mengkhianati perasaan pasangan kita. Jagalah kepercayaan ini dengan baik. Baik kita maupun pasangan hidup kita hendaknya berjalan lurus sesuai tuntunan agama, maka yang akan tumbuh adalah rasa saling percaya.

3.Saling menghargai

Dalam hal ini kita bisa mencontoh Rasulullah SAW yang begitu lembut dan menghargai para isteri beliau. Sampai-sampai, pada suatu hari Rasulullah SAW pulang larut malam dan tak dapat membuka pintu karena isteri Beliau tertidur di depannya,maka Rasulullah SAW memutuskan tidur di luar rumah, Subhanallah.

4.Mudah memaafkan

Dalam hidup ini, tentu saja tak ada gading yang tak retak, maka jika salah satu diantara pasangan hidup kita berbuat salah, maka MAAFKANKAH, dan selesaikan semua persoalan sebelum pergi tidur.

5.Keterbukaan
Rumah tangga yang baik, sebaiknya menganut sistem manajemen keterbukaan. Jangan pernah ada sedikit rahasiapun diantara kita dengan pasangan hidup kita. Masalah keuangankah, masalah pekerjaan kah, masalah teman-teman fesbukkah, masalah sms-smskah, semua hendaknya kita ceritakan dengan pasangan hidup kita. Istilahnya tidak ada dusta diantara kita dan pasangan hidup kita tentunya.

6. Bersahabat dalam suka dan duka
Kebahagiaan suami adalah kebahagian kita, kesedihan suami juga kesedihan kita demikian sebaliknya. Hendaknya kita selalu bersama dengan pasangan hidup kita baik suka maupun duka.

7.Menerima kekurangan pasangan hidup
Di dunia ini, tentu saja tidak ada manusia yang sempurna. Apalagi manusia adalah tempat salah dan lupa. Rasanya kurang bijak, jika menganggap pasangan hidup kita seperti malaikat yang tak punya dosa. Yakinlah, di balik kekurangan pasangan hidup kita, pasti Allah SWT ciptakan berbagai kelebihannya. Jangan pernah sekali-kali membandingkan pasangan hidup kita dengan pasangan hidup orang lain. Yakinlah, pasangan hidup yang dipilihkan Allah untuk kita, adalah yang terbaik, Insya Allah.

8.Bersikap murah hati dalam kemesraan

Biasanya wanita lebih bersifat romantis dibandingkan seorang pria. Walaupun dari cerita seorang teman akhwat, justru suaminyalah yang lebih romantis. Tidak masalah, kalau suami kita tidak bisa romantis, ya kitalah sebagai isteri yang bersikap romantis atau sebaliknya. Jangan pernah pelit dengan kata-kata lembut, kata-kata sayang, I love so much, I miss you, my honey. Bisa kita lakukan ketika bersms dengan suami kita, bisa juga dengan pertanyaan-pertanyaan perhatian, Mas, sudah makan belum?, atau ada yang bisa aku bantu, Mas?. Bisa juga di awal sms atau telepon, dengan kata-kata, Assalamu’alaikum say, sedang apa di kantor? Atau Abi, jangan lupa ya bawakan aku oleh-oleh ya, I Love You su much…(mengakhiri sms misalnya). Biasanya dengan kelembutan dan kasih sayang, semua akan menjadi cair dan akan bertambah rasa cinta dan sayang kita terhadap pasangan hidup kita.

9.Ciptakan kejutan bagi pasangan

Kadang-kadang kejutan yang kecil pun sangat bermakna bagi pasangan hidup kita. Misal pulang dari bekerja, kita belikan martabak telor dengan juice jambu kesukaannya, ataupun sebaliknya, pulang kerja, tiba-tiba suami kita belikan oleh-oleh empek-empek kesukaan kita, bisa juga majalah Ummi atau Tarbawi (terbaru misalnya). Bisa juga ketika suami pulang, sudah kita masakkan masakan kesukaannya. Dalam Islam memang tidak ada perayaan hari ulang tahun, namun tidak ada salahnya kita memberikan hadiah untuk pasangan hidup kita, bisa membelikan sebuah dompet, baju koko, atau kemeja kesukaannya. Jangan lupa ucapkan terima kasih atas pemberian tersebut, agar bertambah rasa syukur kita pada Allah SWT, yang telah menganugerahkan pasangan hidup untuk kita.

10.Ciptakan bulan madu kedua

Sesekali, ajaklah pasangan hidup kita, untuk berduaan saja tanpa anak-anak, untuk menikmati saat-saat indah berdua saja. Bisa makan berdua di luar rumah, dengan suasana romantis. Tidak perlu yang mahal kok, yang penting nilai kebersamaannya. Lalu bicaralah dari hati ke hati, jadilah pendengar yang baik, sampai pasangan kita menyelesaikan pembicaraannya Tataplah mata pasangan hidup kita dengan penuh cinta dan kasih sayang. Subhanallah, indah sekali, jika semua pasangan hidup bisa melakukan hal ini, rasanya tidak ada masalah yang tidak dapat dipecahkan di dunia ini. Yakinlah, Insya Allah setelah acara ini, irama hidup pasti berubah !.

11.Jangan sepelekan janji

Bila sudah berjanji dengan pasangan hidup kita, usahakanlah untuk menepatinya, biarpun untuk hal-hal yang kecil atau sepele. Seperti menjemput dari kantornya, atau mengantarkan ke dokter, berbelanja ke pasar swalayan, misalnya. Tapi sebagai seorang isteri, kita pun harus menyadari tugas dan pekerjaan yang diemban suami. Misalnya, sudah berjanji akan menjemput kita, namun tiba-tiba ada pekerjaan (amanah) yang jauh lebih penting, maka kita pun harus ikhlas untuk tidak dijemput.Hal ini bukan berarti pasangan hidup kita ingkar janji. Ya semua akan terasa indah manakala kita dapat memahami setiap pasangan hidup kita.

Mudah-mudahan bermanfaat.
Hadanallahu wa iyyakum ajma’in.

CERAH HATI INSTITUTE, Jakarta, 22 Juni 2009.

Minggu, 14 Juni 2009

SERI KELUARGA SAKINAH; “ADINDA, OH BUAH HATIKU, KAU DAN AKU SELALU SATU” Inspired by: Bimbo

Adinda oh sayang adinda
Namamu tiada duanya
Adinda oh sayang adinda
Dikau intan permata

Sejuknya embun dini hari
Sesejuk tutur senyum kau beri
Hangatnya sinar matahari
Sehangat cinta yang kau beri

Sejak kumengenal dikau
Dunia tampak indah kemilau
Aku hidup hanya untukmu
Jangan jangan jangan tinggalkan daku

Adinda oh sayang adinda
Namamu tiada duanya
Adinda oh buah hatiku
Kau dan aku selalu satu

Adinda, dikau lah embun pagi
Adinda, dikaulah matahari
Adinda, dikau permata hati
Adinda, cintaku,....adinda......

Mendengar lagu Bimbo yang berjudul Adinda ini, tersenyum-senyum saja saya sendiri, membayangkan betapa besar rasa sayang seorang pria yang digambarkan oleh pelantun lagu ini terhadap pasangan hidupnya, istrinya, sang Adinda. Tentu saja, seperti juga hal nya saya, setiap pria, setiap suami, ingin sekali sekuat daya dan upaya untuk menyayangi istrinya, selalu mencurahkan segenap cintanya kepada sang belahan jiwa, sang buah hati.

Tetapi pada kenyataannya, tidaklah mudah mewujudkan kondisi keluarga yang adem tentrem, rukun, akur, penuh kehangatan, berlimpah kebahagiaan, yang dilandasi dengan kekuatan iman.

Beberapa waktu belakangan ini, saya lumayan banyak di kirimi cerita lewat lewat message FB, e-mail, lewat telepon tentang masalah keluarga. Ada yang mengadukan kemelut rumah tangganya, meminta pendapat saya mengenai solusinya, seperti yang diceritakan seorang pendengar siaran inspirasi spiritual di radio Bahana 101.8 FM minggu lalu. Ia berkirim sms interaktif diwaktu siaran, bahwa suaminya menikah lagi, meninggalkan hutang, didatangi penagih, bahkan rumahnya terancam disita. Kisah tadi disambung keesokan harinya dengan menelepon saya sambil menangis mengadukan masalahnya dan mohon untuk dibantu mencarikan jalan keluarnya. Ada juga yang tiba-tiba dilabrak oleh seorang wanita, disangkanya ada main denga suaminya dan jadi WIL nya, tetapi ternyata salah alamat. Yang ini kasian juga, tapi saya jadi tertawa, karena teman saya tadi juga tertawa.

Kisah yang saya tulis ini adalah kisah yang dikirimkan seorang teman, yang menceritakan pengalaman hidupnya dalam mengarungi rumah tangga.

Sebutlah namanya Ibu Riri, tinggal di Bandung, kejadiannya pada tahun 2005. Pada malam takbiran di tahun 2005, secara tidak sengaja Ibu Riri melihat HP suaminya yang baru. Pengen tahu aja, kalau HP baru menunya, tampilannya dsb nya kaya’ apa sih. Ibu Riri ini bukan tipe perempuan yang suka menyelidiki apa yang ada pada suaminya. Dia dan juga suaminya adalah orang yang menghormati privasi masing-masing. Tidak mengecek isi dari HP masing-masing. Mereka berdua bekerja, sang suami di sebuah perusahaan ekspedisi dan Ibu Riri di perusahaan trading.

Rumah tangga mereka, seperti juga banyak rumah tangga lainnya, sering juga timbul pertengkaran, tapi rukun lagi, mesra lagi, ya gitu deh. Tidak ada pertengkaran hingga mengakibatkan pakai cerita pisah-pisahan, pisah ranjang, pisah rumah. Mereka nikah pada usia yang masih muda, katanya, ketika Ibu Riri masih kuliah di semester ke empat, hingga tahun 2005 usia pernikahan mereka mencapai lima belas tahun, serta dikarunia tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki.

Di malam takbiran tahun 2005 itu, terjadilah, hal yang tidak sama sekali terbayangkan oleh Ibu Riri. Didapatinya di “inbox” Hpo suaminya sebuah sms dari seseorang wanita, yang dia pikir itu adalah teman sekerja suaminya. Tapi kok bernada mesra. Lalu dia tekan tombol “sent” yang ternyata juga suaminya mengirim pesan dengan nada mesra ke nomor yang sama. Ditanyalah temuan itu kepada suaminya. “Bang sms siapa ini Bang, Bang, pesannya pakai sayang-sayang?” Itu mah lagu dangdut. Tapi itulah yang ditanyakan.

Tetapi jawaban yang diperoleh malah justru jauh diluar perkiraan Ibu Riri. Sang Suami langsung merangkulnya seraya berkata,”Mah, saya tidak mau kehilangan kamu, sungguh saya tidak mau kehilangan kamu.” “Eh, ada apa ini, saya kan cuma nanya, siapa sih yang ada di sms ini, Cuma itu kok?” tanya balik Ibu Riri dengan ekspresi tenang.

Dan ternyata jawaban suaminya di malam takbiran itu sungguh seperti halilintar yang menggelegar di siang hari yang tiada hujan. Sunguh diluar dugaan. Sms itu ternyata dari wanita lain yang sudah menjadi istri siri suaminya. Menurut Ibu Riri, ia tidak menjerit, tidak marah, dengan ketenangan yang saya juga tidak bisa membayangkan ia bertanya jawab dengan suaminya. Memang suaminya sering dinas ke lauar kota, berhari-hari meninggalkan rumah. “Dengan tenang saya mendengarkan omongan suami saya, walau pun di dalam hati saya berteriak, menjerit. Hanya bantal yang basah bersimbah air mata saja yang tahu betapa saya merasakan sakit yang amat sangat di hati saya.” Begitu kata Ibu Riri.

Masalah yang dihadapi Ibu Riri tidak sama sekali diceritakan kepada kakak dan adiknya, bahkan kepada Ibu nya sekali pun. Ia mencoba mendinginkan hati seraya merancang tindakan apa yang semestinya dia harus ambil yang terbaik bagi dia, suami dan anak-anaknya. Hingga akhirnya di penghujung tahun 2005, di bulan Desember Ibu Riri mengajak adik perempuannya untuk minta diantarkan ke Pengadilan Agama untuk mengetahui bagaimana caranya untuk menggugat cerai. Disitulah baru geger seluruh keluarga. “Kok nggak bilang-bilang. Memangnya kamu tidak punya keluarga.” Begitu kata ibunya terkejut setengah mati. Kata Ibu Riri kepada saya, menurut orang-orang, kalau ada keributan di rumah tangga sampai ke hal yang dia alami, si istri tidak pakai teriak-teriak, marah yang amat sangat, itulah tandanya “cinta” sudah tiada lagi.

Singkatnya perceraian pun terjadi, hal yang katanya, tidak diinginkan oleh suaminya. Dan anak-anak nya yang tiga orang itu ikut dengan Ibu Riri. Selang beberapa waktu berlalu, di tahun 2008 bulan Agustus, Ibu Riri menikah lagi dengan dengan seorang pria yang, Subhanallah, lebih muda tujuh tahun darinya dan masih bujangan. Ia menerima Ibu Riri dengan segala keberadaannya. Ibu Riri mengatakan, bahwa ia masih gamang dengan pernikahnnya kali ini, mengingat rentang usia yang cukup jauh dibawahnya dengan suaminya, dan ia musti belajar banyak bahkan dari awal untuk menata kembali rumah tangganya. Semoga Ibu Riri dan suami diberi kekuatan dan kemampuan untuk mengelola rumah tangganya menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, amin.

APA SIH KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH WA RAHMAH ITU?

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (ar-Rum:21)

Ketenteraman suami kepada isteri dan kelengketan isteri kepada suaminya merupakan hal yang bersifat fitar dan sesuai dengan nalurinya. Di dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum :21, dijelaskan pondasi kehidupan rumah tangga yang diliputi suasana dan perasaan yang sejuk. Isteri ibarat tempat suami bernaung, setelah perjuangannya seharian demi mendapatkan rejeki untuk menafkahi keluarganya, dan mencari penghiburnya setelah dihinggapi rasa letih dan penat. Dan pada pelabuhannya, semua letih dan penat itu ditumpahkan ke tempat bernaung ini. Ya, kepada sang isteri tercinta yang harus menerimanya dengan penuh rasa suka, wajah yang ceria, dan senyum riang yang tulus. Senyum yang sejuk seperti embun pagi.

Ketika itulah, sang suami mendapatkan darinya telinga yang mendengar dengan baik, hati yang welas asih, dan tutur kata darinya yang lemah lembut. Profil wanita solihah ditegaskan melalui tujuan ia diciptakan, yaitu menjadi penenteram bagi laki-laki dengan semua makna yang tercakup dalam kata “ketenteraman” (sakinah) itu. Dan, agar suatu ketenteraman itu dikatakan layak, maka ia (wanita) harus memiliki beberapa kriteria. Di antara yang terpenting adalah : “pemiliknya” merasa senang ketika ia memandangnya, ia mendapatkan pelayanan dengan baik apabila membutuhkannya, dan mampu menjaga keluarga dan hartanya bila suami jauh dari sisinya.

Terkait dengan pondasi rumah tangga yang dijelaskan dalam surat Ar-Rum : 21, ada beberapa hal yang layak untuk kita renungkan bersama:

PERTAMA , “Wa Ja’ala bainakum mawaddah wa rohmah.” “Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (QS Ar-Rum : 21). Terkait dengan makna ayat ini terdapat empat pendapat:
1. Arti Mawaddah adalah Al-Mahabbah (kecintaan), sedangkan arti Rahmah adalah Asy-Syafaqah (rasa kasih).
2. Arti Mawaddah adalah Al-Jima’ (hubungan badan) dan Rahmah adalah Al-Walad (anak).
3. Arti Mawaddah adalah mencintai orang yang lebih besar (lebih tua), dan Rahmah adalah, welas asih atau rasa kasih terhadap anak kecil (yang lebih muda).
4. Arti keduanya adalah saling berkasih sayang di antara pasangan suami-isteri.

Dalam kaitannya dengan makna ayat tersebut di atas, Imam Ibnu Katsir berkata, “Di antara tanda kebesaran-Nya yang menunjukkan keagungan dan kesempurnaan kekuasaan-Nya, Dia menciptakan wanita yang menjadi pasangan kamu berasal dari jenis kamu sendiri sehingga kamu cenderung dan tenteram jika berada disisinya (sakinah) . Andaikata Dia menjadikan semua Bani Adam (manusia) itu laki-laki dan menjadikan wanita dari jenis lain selain mereka, seperti bila berasal dari bangsa jin atau hewan, maka tentu tidak akan terjadi kesatuan hati di antara mereka dan pasangan (istri) mereka, bahkan sebaliknya membuat lari, bila pasangan tersebut berasal dari lain jenis.

Kemudian, di antara kesempurnaan rahmat-Nya kepada Bani Adam, Dia menjadikan pasangan mereka dari jenis mereka sendiri dan menjadikan di antara sesama mereka rasa cinta (mawaddah), dan rasa sayang (rahmah), rasa kasihan. Sebab, bisa jadi seorang laki-laki mengikat wanita karena rasa cinta atau kasih terhadapnya hingga mendapatkan keturunan darinya atau ia (si wanita) butuh kepadanya dalam hal nafkah atau agar terjadi kedekatan hati di antara keduanya, dan lain sebagainya.

KE DUA . Mari kita renungi sejenak firman-Nya, “dari jenismu sendiri.” Istri adalah manusia yang mulia di mana terjadi persamaan jenis antara dirinya dan suami, namun laki-laki memiliki tingkatan Qiwâmah (kepempimpinan) atas wanita (Al-Baqarah:228).

Kepemimpinan suami bukan artinya bertindak otoriter dengan membungkam pendapat orang lain (istri). Kepemimpinannya itu ibarat rambu lalu lintas yang mengatur perjalanan tetapi tidak untuk memberhentikan dengan semaunya.. Karena itu, kepemimpinan laki-laki tidak berarti menghilangkan peran wanita dalam berpendapat dan bantuannya di dalam membina keluarga.

KE TIGA. Rasa aman, ketenteraman dan kemantapan dapat membawa keselamatan bagi anak-anak dari setiap hal yang mengancam eksistensi mereka dan membuat mereka menyimpang serta jauh dari jalan yang lurus, sebab mereka tumbuh di dalam suatu ‘lembaga’ yang bersih, tidak terdapat kecurangan maupun campur tangan, di dalamnya telah jelas hak-hak dan arah kehidupan, masing-masing individu melakukan kewajiban nya sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,“Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”

Kepemimpinan sudah ditentukan dan masing-masing individu sudah rela terhadap yang lainnya dengan tidak melakukan hal yang melampaui batas. Inilah makna firman-Nya dalam surat An-Nisâ`, ayat 34,”Ar Rijaa lu qowwaa muu na ’alannisaa.””Laki-laki itu pemimpin bagi kaum wanita.”

KE EMPAT. Masing-masing pasangan suami-isteri harus saling menghormati pendapat yang lainnya. Harus ada diskusi yang didasari oleh rasa kasih sayang tetapi sebaiknya tidak terlalu panjang dan sampai pada taraf berdebat. Sebaiknya pula salah satu mengalah terhadap pendapat yang lain apalagi bila tampak kekuatan salah satu pendapat, sebab diskusi obyektif yang diasah dengan tetesan embun rasa kasih dan cinta akan mengalahkan semua bencana demi menjaga kehidupan rumah tangga yang bahagia.

KE LIMA. Rasa kasih dan sayang yang tertanam sebagai fitrah Allah Subhanahu wa ta’ala di antara pasangan suami-isteri akan bertambah seiring dengan bertambahnya kebaikan pada keduanya. Sebaliknya, akan berkurang seiring menurunnya kebaikan pada keduanya sebab secara alamiah, jiwa mencintai orang yang memperlakukannya dengan lembut dan selalu berbuat kebaikan untuknya. Nah, apalagi bila orang itu adalah suami atau isteri yang di antara keduanya terdapat rasa kasih dari Allah Subhanahu wata’ala, tentu rasa kasih itu akan semakin bertambah dan menguat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dunia itu adalah kesenangan dan sebaik-baik kesenangannya adalah wanita shalihah.”

KE ENAM. Kesan terbaik yang didapat dari rumah tangga Nabawi adalah terjaganya hak dalam hubungan suami-isteri baik semasa hidup maupun setelah mati. Hal ini dapat terlihat dari ucapan istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tercinta, ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha yang begitu cemburu terhadap Khadijah Radhiyallahu ‘anha, istri pertama Beliau padahal ia sudah wafat dan belum pernah dilihatnya. Hal itu semata karena Beliau sering mengingat kebaikan dan jasanya.

Semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan rumah tangga kaum Muslimin, rumah tangga kita, rumah tangga yang selalu diliputi sakinah, mawaddah dan rahmah. Dan hal ini bisa terealisasi, manakala kaum Muslimin kembali kepada ajaran Rasul mereka dan mencontoh kehidupan rumah tangga Beliau.
Sejuknya embun dini hari, sesejuk tutur senyum kau beri, hangatnya sinar matahari, sehangat cinta yang kau beri....

Hadanallahu wa iyyakum ajma’in.


CERAH HATI INSTITUTE, Jakarta, 15 Juni 2009

Minggu, 17 Mei 2009

TOMBO ATI ; PENENTERAM JIWA

Album : Kado Muhammad
Munsyid : Emha Ainun Nadjib

Tombo ati iku ono limang perkoro

Kaping pisan moco Qur'an sakmaknane
Kaping pindo Sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang sholeh kumpulono
Kaping papat weteng iro engkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe

Salah sakwijine sopo biso ngelakoni
Insya Allah Gusti Pangeran ngijabahi


Artinya:
obat penentram jiwa ada lima

Yang pertama baca Qur'an dengan menyelami maknanya
Yang kedua Shalat malam lakukanlah
Yang ketiga Kepada orang sholeh dirimu senantiasa dekatkanlah
Yang keempat perbanyaklah berpuasa
Yang kelima Zikir malam perpanjanglah

Salah satu saja engkau khusyu' melakukannya
Insya Allah nasibmu akan dirawat oleh Yang Maha Kuasa

Kajian terhadap dakwah Wali Songo semakin menarik hati saya. Banyak sekali sarana dan media dakwah yang telah digunakan oleh para wali untuk menyebarkan ajaran Islam. Para wali ternyata sangat piawai dalam mendesain dakwah yang hendak disampaikannya kepada khalayak ramai dengan menggunakan berbagai macam sarana dan media dakwah. Salah satu media dakwah yang cukup efektif mereka gunakan antara lain melalui pendekatan seni. Dakwah melalui kesenian ini telah dilakukan oleh para wali dalam menyiarkan agama Islam. Bahkan diyakini bahwa empat dari sembilan wali yang dikenal dengan Wali Songo, yakni Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Sunan Kudus, dan Sunan Muria, semuanya menggunakan kesenian dalam menyampaikan dakwahnya.
Salah satu wali yang berdakwah melalui pendekatan seni ini adalah Sunan Bonang. Sunan yang bernama asli Raden Makhdum Ibrahim ini adalah anak dari Sunan Ampel dan kakak kandung dari Sunan Drajad. Pendekatan seni yang beliau lakukan dalam berdakwah ialah dengan menggunakan sarana gamelan Jawa dalam menyampaikan syiar Islam. Beliau juga mengubah dan membuat kreasi baru gamelan Jawa dengan nuansa baru, termasuk dengan menambahkan instrumen “bonang”. Karya-karya beliau memiliki nuansa zikir yang mendorong kecintaan manusia pada Allah SWT. Salah satu karya monumental beliau adalah tembang “Tombo Ati”. Tembang ini sampai sekarang masih sering dinyanyikan orang, bahkan terakhir Emha Ainun Najib dan Opick juga mempopulerkan kembali tembang ini dalam album mereka. Tembang “Tombo Ati” ini berisi lima resep ampuh sebagai pelipur hati kita agar senantiasa dekat kepada-Nya.
Tembang ini berisi nasihat kepada kita, supaya hati kita selalu tenang dan selalu dekat kepada-Nya, ada lima resep yang harus kita laksanakan dalam mengarungi kehidupan ini. Jika kelima resep ini benar-benar kita laksanakan insya Allah hidup kita akan bahagia, karena hati kita telah merasa tentram dan damai. Lima resep ini juga sangat baik untuk dilaksanakan sekarang ini, terutama sebagai “obat penawar” dari berbagai luka yang sedang menimpa bumi pertiwi ini. Kelima resep itu adalah :
1. Baca Qur’an dan maknanya.
Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. ”Zaa likal kitaabu laa Raiba fii hi hudan lil muttaqiin.” ”(Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang betaqwa.”) (QS Al-Baqarah:2). Dengan sering membaca Al-Qur’an, apalagi disertai dengan memahami makna-makna yang terkandung di dalamnya, hal ini akan membuat kita semakin memahami tujuan dari kehidupan kita ini. Dengan menjadikan al-Qur’an sebagai “Way of Life”, maka setiap langkah kita dalam arena kehidupan ini akan selalu berada di bawah naungan dan bimbingan-Nya.
Di saat kita punya keinginan, punya cita-cita, punya harapan, kita jadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman dalam kehidupan. Dengan panduan dan petunjuk-Nya, insya Allah kita tidak akan tersesat dari jalan-Nya.
2. Shalat malam dirikanlah
Bangun (shalat) Malam dapat menebus kesalahan, mencerahkan hati dan pikiran, serta menghilangkan pelbagai penyakit jasmani dan ruhani. Dengan shalat malam orang yang berdosa akan diterima tobat dan istighfarnya. Rasulullah Saw bersabda,”Sungguh pada malam hari ada satu waktu. Jika seorang Muslim memohon kebaikan kepada Allah agar diperbagus urusan dunia dan akhiratnya bertpatan dengan waktu tersebut, niscaya Dia (Allah) akan memberinya, Waktu tersebut ada pada setiap malam.” Rasulullah Saw bersabda pula,”Tuhan kita turun ke langit dunia setiap malam ketika seperdua malam telah berlalu. Dia berfirman,’Adakah yang berdoa kepada-Ku sehingga Aku mengabulkannya? Adakah orang yang memohon kepada-Ku sehingga Aku memberinya? Adakah yang memohon ampunan kepada-Ku sehingga Aku mengampuninya?”
Oleh karena itu mari kita berupaya untuk bangun pada sebagian malam seperti seorang hamba yang fakir dan hina, yang menyelinap di kegelapan malam untuk mengetuk pintu kamar tuannya. Kita berdiri di depan pintu dengan menghinakan diri, menunjukkan hati yang hancur, merasa lemah, mengakui dosa, dan merasakan kebutuhan yang amat sangat akan pemberian maaf dan kerelaan dai tuannya, sambil benar-benar mengharapkan rahmat, keridhaan dan Surga-Nya.
Waktu yang paling baik untuk bermunajat adalah ketika kita berduaan (khalwat) dengan Tuhan kita, sementara orang lain sedang terlelap. Yaitu waktu ketika seluruh alam sedang hening, malam telah melabuhkan tirainya, dan bintang-gemintang mulai redup cahayanya. Kita hadirkan hati kita, mengingat Tuhan kita, menyatakan kelemahan kita, dan keagungan Tuhan. Kita mengakrabi-Nya, merasa tenteram mengingat-Nya. Kita bahagia dalam mengharap keutamaan dan rahmat-Nya, menangis karena takut kepada-Nya. Kita khusyuk dalam berdoa, bersungguh-sungguh dalam memohon ampunan dan mengadukan segala kebutuhan kita kepada Dia yang sanggup melakukan apa pun. Kita mohonkan kepada-Nya apa pun dalam urusan dunia dan akhirat kita. Kita persembahkan kepada-Nya segala iktiar upaya kita.
Pada tengah malam kita berdiri, ruku’, bersujud, berzikir, bertasbih, membaca Al-Qur’an, bertobat, beristighfar, bermunajat, berdoa, dan menangis karena takut kepada Allah. Semua ini adalah bekal kehidupan mulia nan abadi. Allah Swt,”Wa minal laili fatahajjad bihii naa fi latallaka ’asaa ay yab atsaka robbuka maqoomam mahmuda.” ,”Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS Al-Isra:79)
Pada kesempatan Shalat Tahajud, kita canangkan starting point diri kita untuk berubah. Tidak banyak orang yang mampu bangun pada dua pertiga malam, tidak banyak. Hanya orang-orang yang bertekad kuat untuk berubah lah dan orang–orang terpilih saja yang mau dan mampu untuk bangun mendirikan shalat tahajud. Sikap ini kita transformasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Kita mesti berubah hari ke hari, day to day, berubah menuju arah yang lebih baik, yang pedagang menjadi pedagang sukses, yang menjadi karyawan berubah menjadi karyawan berprestasi, yang menjadi pengusaha skala kecil berubah menjadi pengusaha skala besar. Tetapi perubahan itu semua harus dilandasi dengan perubahan prestasi ibadah kita agar perubahan dalam kehidupan kita menjadi penuh barokah dan Allah Ridho. Ini baru perubahan yang luar biasa!!!
3. Berkumpul dengan orang soleh
Maksud dari berkumpul di sini, bukan sekedar kumpul-kumpul yang tidak ada manfaatnya. Tetapi berkumpul di sini adalah kita bisa bergaul , berteman, bahkan bisa memperoleh ilmu dari orang-orang yang soleh. Orang-orang yang soleh adalah orang-orang yang senantiasa menggunakan hidupnya untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Termasuk di dalamnya adalah para ulama yang takut kepada Allah SWT. Dengan sering bergaul, berinteraksi, dan berdiskusi dengan mereka, maka selain menambah wawasan keislaman kita juga akan semakin membuat kita berusaha mengikuti jejak mereka untuk senantiasa bertaqarrub kepada-Nya.
Bagi pedagang, berkumpullah dengan pedagang yang soleh. Bagi Karyawan berkumpullah dengan karyawan yang soleh. Bagi pengusaha berkumpullah dengan pengusaha yang soleh.
Di saat bencana menimpa negeri ini, berkumpul dengan orang-orang soleh, dan memohon doa mereka supaya kita bisa bersabar menghadapi musibah ini adalah sebuah tndakan positif yang harus segera kita lakukan. Apalagi bagi kita yang sudah begitu banyak berlumuran dengan dosa, doa orang-orang yang soleh ini sangat kita butuhkan.

4. Perbanyaklah berpuasa
Puasa adalah sarana yang sangat baik bagi pengendalian diri kita. Dengan berpuasa kita akan mampu menahan gejolak nafsu yang senantiasa membujuk kita melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT. Syariat Islam menganjurkan kita untuk banyak melakukan puasa, karena dengan berpuasa kita bisa mengendalikan keinginan nafsu kita.
Keinginan untuk memperoleh sesuatu yang diluar jangkauan kita, akan bisa dikendalikan dengan berpuasa. Keinginan untuk menyeleweng, akan dikendalikan dengan latihan puasa.
Apalagi di saat musibah mendera negeri kita Indonesia ini, dibutuhkan banyak kesabaran dan kemampuan menahan hawa nafsu dari segenap penduduk bangsa ini. Dengan memperbanyak puasa, insya Allah berbagai musibah yang ada dapat disikapi dengan penuh kesabaran.
5. Dzikir malam perpanjanglah
Dzikir adalah upaya untuk selalu mengingat Allah SWT. Apalagi dzikir pada malam hari, di saat orang-orang terlelap dalam mimpi-mimpi yang indah, kita melakukan dzikir kepada-Nya, hal ini akan semakin mendekatkan batin dan hati kita kepada-Nya. Malam hari hari adalah waktu yang paling mustajab untuk memohonkan segala keinginan kita kepada Allah SWT. Dzikir yang kita ucapkan dengan ikhlas akan semakin membuat hati kita serasa sangat dekat kepada-Nya. Dengan hati dan batin yang tenang serta damai, insya Allah kita akan bisa menyikapi segala musibah yang ada dengan tawakal dan ikhlas.
Hadanallahu wa iyyakum ajma’in.
Danu Kuswara. / Cerah Hati INstitute / Jakarta 18 Mei 2009
Bahan Siaran Inspirasi Spiritual ”The Power of Peace” di Radio Bahana 101.8 FM tgl. 18 Mei 2009.

Senin, 11 Mei 2009

“ANAK JALANAN” KESEPIAN DI KERAMAIAN

anak jalanan kumbang metropolitan
selalu ramai dalam kesepian
anak jalanan korban kemunafikan
selalu kesepian di keramaian

tiada tempat untuk mengadu
tempat mencurahkan isi kalbu
cinta kasih dari ayah dan ibu
hanyalah peri yang palsu

anak perawan kembang metropolitan
selalu resah dalam penantian
anak perawan korban keadaan
selalu menanti dalam keresahan

tiada restu untuk bertemu
restu menjalin hidup bersatu
kasih sayang dari ayah dan bunda
hanyalah adab semata

tiada waktu untuk bertemu
waktu berkasihan dan mengadu
karena orang tua metropolitan
hanyalah budak kesibukan ..
anak gedongan lambang metropolitan
menuntut hidup alam kedamaian
anak gedongan korban kesibukan
hidup gelisah dalam keramaian

Ketika saya sedang berkendaraan mendengarkan lagu, lagu Anak Jalanan ini tiba-tiba menyentuh rasa penasaran saya. Saya ulang dan ulang lagi. Padahal lagu ini sudah sering saya dengar, mungkin kalau saya tidak keliru ingat, waktu di SMA dulu. Tetapi kali ini memiliki makna yang berbeda. Dalem banget rasanya kali ini., sehingga saya putuskan untuk menjadi bahan siaran saya.
Secara simultan belakangan ini saya membaca berita, menonton televisi, bahkan membaca e-mail dari teman-teman, atau yang sekedar sharing, umumnya masalah yang beredar adalah masalah atau problematika rumah tangga. Ingat beberapa bulan lalu ketika ada berita penggerebekan klinik yang melakukan aborsi? Ada satu momen dimana sebuah televisi swasta menayangkan wawancara dengan seorang pemudi pelaku aborsi, yang sudah tiga kali aborsi dan pertama kali aborsi ketika ia berusia enam belas tahu. Nauzubillah min zalik. Atau berita seseorang yang terkapar tak bernyawa karena overdosis narkoba? Lagu Chrisye Anak Jalanan seolah mewakili dengan ringkas realitas yang ada di masyarakat kita, tidak saja pada waktu lagu tersebut pertama diperdengarkan , melainkan juga hingga saat kini.
Saya ingin menyorot dari sisi keluarga. Keluarga mana sejatinya yang ingin anak-anaknya menjadi korban overdosis narkoba? Keluarga mana yang ingin anak gadisnya hamil diluar nikah kemudian berkali-kali aborsi, bahkan banyak yang meninggal. Keluarga mana yang ingin anaknya melarikan diri dari rumah kemudian hidup di jalan. Tentu saja tidak ada. Kita semua tentu saja menginginkan memiliki keluarga yang bahagia, anak-anak yang soleh solehah, sehat jasmani rohani, cerdas, pintar, sopan dan semua-semua yang ideal sifatnya.
Tetapi bagaimana halnya contoh-contoh peristiwa tidak ”menyenangkan” tersebut ternyata terjadi dalam keluarga kita? Mudah-mudahan tidak. Yang terjadi pada keluarga orang lain sudah semestinya menjadikan hal tersebut sebagai contoh untuk kita bisa menghindarinya. Kita jadikan pengalaman yang terjadi pada seseorang sebagai guru kehidupan, agar kita bisa membangun dan menata kehidupan keluarga menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohmah.
Sejenak kita menyimak firman Allah Swt di dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim:6,”Yaa ayyuhalladziina ’aamanuu quu anfusakum wa ahliikum naa roo.””Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” Firman Allah ini merupakan sebuah ”Surat Tugas” kepada kita, khususnya kaum Bapak, agar kita memeilhara dengan segala daya dan upaya agar keluarga kita dapat menempuh jalan kehidupan di dunia ini, selamat, bahagia, sukses, sejahtera, baik di dunia dan akhirat. Kemudian sebagian ada yang bertanya, caranya bagaimana?
Di dalam surat Al-An’am ayat 162 Allah berfirman yang artinya,”Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.” Jadi apa pun ikhtiar kita, aktifitas kita tertuju untuk kepada Allah semata. Apabila kita bekerja, maka dari niat, ikhtiar hingga hasil pekerjan kita, tertuju untuk unjuk pengabdian kepada Allah Swt. Begitu pun dengan keluarga yang kita miliki. Kita pelihara keluarga kita, kita didik anak-anak kita dengan pendidikan yang baik, dengan dilandasi pendidikan agama yang baik, kita cermati dan jaga pergaulannya, kita beri mereka nafkah yang halal, kita perkenalkan mereka dengan saudara-saudara mereka yang berada di panti asuhan yatim piatu, kita pimpin mereka untuk shalat berjamaah.
”Kita kan suami istri sibuk bekerja Kang, mana ada waktu buat ngurusin seperti itu.” Demikian yang sering orang katakan kepada saya. ”Paling kita ”nitipin” anak kita sama pengasuh, kan mereka bisa bantuin kita mulai dari memandikan anak kita, menyediakan sarapan hingga makan malamnya, mengantar sekolah bersama supir, mengantar les atau bimbel. Yah, paling kita bisa ngumpulnya Sabtu atau Minggu, itu juga kalau nggak ada pekerjaan tambahan. Dan yang penting, semua kebutuhannya kan kita bisa penuhi.” Demikian yang sering dikatakan.
Saya teringat akan sebuah kisah yang dikirimkan seorang sahabat kepada saya beberapa waktu lalu tentang sebuah keluarga yang kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaan hingga kehilangan ”mutiara” terbaiknya.
Sebut saja Ibu Mawar. Ia dan suami yang merupakan pasangan muda, usia 30 tahun-an, sedang menikmati buah manisnya perjalanan karir mereka yang terus menanjak. Mereka memiliki dua anak, yang pertama laki-berusia delapan tahun sudah kelas tiga SD, yang kedua perempaun, namanya Melati berusia empat tahun dan masih di TK. Sebagai anak bungsu perempuan, Melati memang manja, setiap pagi selalu berkata,”Mama, mama, mandikan Melati ya Ma, aku pingin dimandikan sama Mama.” begitu yang hampir setiap pagi Melati katakan kepada Ibunya. ”Aduh Melati, Mama sibuk harus berangkat pagi-pagi, nanti Melati mandi saja sama Bibi ya.” Di lain kesempatan Melati berkata,”Mama, bikinkan aku telor ceplok ya, aku pingin makan telor ceplok buatan Mama,””Aduh Melati, Mama nggak ada waktu, nanti Bibi aja yang buatkan ya.”Jawab Ibu Mawar selalu saja menghindar.
Suatu kali Melati berkata kepada Ibunya,”Mama, Melati pingin deh Mama yang mengantar Melati ke sekolah, seperti teman-teman yang lain.””Waduh Melati, Mama kan harus kerja, mana sempat.”demikian jawab Bu Mawar berulang kali. Dan bahkan pada hari Sabtu pun Ibu Mawar tidak mengantar Melati ke sekolah, capek alasannya.
Praktis tugas Ibu Mawar dikerjakan oleh si Bibi, apakah itu memandikan, menyiapkan sarapan, mengantar ke sekolah, mengantar ke TPA, hingga menemani tidurnya, semua dilakukan oleh si Bibi. Maklum Bu Mawar sering pulang setelah Melati sudah pergi tidur. Bahkan pula, bepergian bersama keluarga di hari libur sudah lama tidak dilakukan, sibuk alasannya, capek alasannya.
Suatu hari Bu Mawar mendapat telepon dari si Bibi yang mengabarkan bahwa Melati badannya panas ”Sudah kamu berikan saja obat penurun panas, tuh ada kan di lemari obat.” kata Bu Mawar singkat. Ternyata sakit panas Melati sudah berlangsung selama tiga hari. Dan selalu jawaban yang sama diberikan oleh Bu Mawar kepada si Bibi. Di hari ketiga di siang hari itu kembali si Bibi menelepon Bu Mawar memberitakan Melati yang masih panas.”Bi, nanti kalau sampe sore tetap panas, kamu pergi sama sopir ya ke dokter langganan, saya ada rapat denga klien sampe malam.”Dengan ringan Bu Mawar menugaskan kepada si Bibi. Dan rupanya sejak siang sampai malam sekitar jam sembilan tidak ada telepon lagi dari si Bibi. Mungkin Melati sudah turun panasnya, pikir Bu Mawar.
Ketika Bu Mawar bersama suami pulang jam sembilan, si Bibi membukakan pintu sambil menangis bersama anak laki-laki Bu Mawar. Ada apa gerangan kok pada menangis.”Ada apa Bi kok pakai nangis segala?” kata suami Bu Mawar. ”Neng Melati Bu, Neng Melati...”jawab si Bibi susah untuk berkata-kata.”Kenapa Melati Bi?” Kata Bu Mawar. Meraka bergegas masuk ke kamar Melati. ”Maaf Bu, saya nggak berani menelepon Ibu, saya takut Bu.” Bu Mawar beserta Suami menguncang-guncang tubuh Melati yang sudah terbujur kaku. Pecahlah tangisan keras Bu Mawar dan Suami.
Jakarta, 11 Mei 2009
Danu Kuswara/Cerah Hati INstitute
Bahan siaran inspirasi spiritual ”The Power of Peace” di Radio Bahan 11 Mei 2009.

Minggu, 03 Mei 2009

ADA SAJADAH PANJANG TERBENTANG,…

ada sajadah panjang terbentang
dari kaki buaian
sampai ke tepi kuburan hamba
kuburan hamba bila mati
ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan sujud
diatas sajadah yang panjang ini
diselingi sekedar interupsi
mencari rezeki mencari ilmu
mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara adzan
kembali tersungkur hamba
ada sajadah panjang terbentang
hamba tunduk dan rukuk
hamba sujud tak lepas kening hamba
mengingat Dikau sepenuhnya
Bimbo kembali melantunkan syair dari Bp. Taufik Ismail, yang pada kali ini mengisahkan tentang kepatuhan seorang hamba ketika panggilan Tuhannya memanggil menggema.
Pada bait pertama digambarkan bahwa yang dimaksud dengan sajadah panjang terbentang adalah seluruh permukaan bumi terhampar sebagai tempat kita sebagai hamba Allah untuk beribadah. Apakah bila kita berada di Jakarta, di Papua, di Baghdad aatau di Tokyo sekali pun, permukaan bumi disana terhampar untuk bagi kita tetap diharuskan menegakkan shalat. Kewajiban bagi seorang hamba Muslim untuk menegakkan shalat adalah sampai dia tiba saatnya untuk dishalatkan atau maut telah menjemput. Sungguh sebuah ungkapan puitis yang indah ditorehkan oleh Bp. Taufik Ismail menerjemahkan “Aqimis shalah.”
Pada artikel saya yang lalu, saya menulis, bahwa kita sebagai manusia, seringkali “menyuruh” Allah untuk menunggu bila panggilan shalat telah bergema. Tunggu ya, saya sedang ada klien, tunggu ya, saya sedang makan, tunggu ya, saya sedang berkendaraan. Panggilan untuk shalat adalah panggilan untuk meraih kemenangan dan kesuksesan, “…hayya alas shalah, hayya alal falah.” Mendirikan shalat adalah sebuah proses tindakan penting yang harus dilalui dan dijalani apabila seseorang ingin meraih kemenangan dan kesuksesan.
Kita diingatkan oleh lewat lagu ini agar apabila panggilan azan sudah bergema, untuk meninggalkan segala aktifitas yang ada. Panggilan Allah kepada kita untuk menuju kemenangan, untuk meraih kesuksesan. Kita tumpahkan segala pengharapan diri kita kepada Allah Swt. Kita tunjukkan bentuk penyerahan diri yang totalitas kepada-Nya. “Inna Sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati Lillahi Robbil ‘Alamin.”
Beberapa waktu belakangan ini, banyak teman dan sahabat datang kepada saya menceritakan berbagai permasalahan yang dihadapi. Ada masalah rumah tangga yang gonjang-ganjing, ribut melulu antara suami dan isteri, ada konflik dengan keluarga Suami dan sebaliknya, ada masalah dengan anak yang ditangkap polisi karena terjaring razia narkoba, ada yang bermasalah dengan usahanya. Usahanya memang sedang banyak order, tetapi masalah juga datang tidak kalah sedikitnya, sehingga hitung punya hitung, ketika melihat ujung neraca keuangan, impas, untung enggak, rugi enggak, capek.
Tapi diantara yang bercerita kepada saya, ada salah seorang diantaranya yang membuat saya terharu dan kemudian kagum, karena ia berikhtiar kuat menyelesaikan masalah rumah tangganya dengan cara istiqomah dalam menjalankan ibadah.
Sebutlah namanya Ibu Anita, tinggal di Bandung, bekerja di sebuah perusahaan swasta. Sekian tahun yang lalu, ia memulai ceritanya, ia menikah ketika baru menyelesaikan kuliahnya. Bertahun-tahun ia mengayuh bahtera keluarganya, hingga dikarunia tiga orang anak laki-laki. Seperti kita biasa, dalam mengarungi samudera rumah tangga, ada saja bumbu berupa percekcokan, tetapi kemudian baik kembali. Tetapi di tahun 2005, keutuhan rumah tangganya tidak bisa dipertahankan lagi. Jadilah Ibu Anita berpisah dengan memboyong ketiga anaknya. Ketika saya tanya,”apa penyebab cerainya.””Biasalah.”jawabnya pendek. Memang sejak dahulu Ibu Anita saya kenal pandai menjaga rahasia keluarganya. Itu kan aib, “enggak” baik diceritakan kepada orang lain.
Dua tahun kemudian, di tahun 2007, Ibu Anita menikah lagi. Tetapi baginya pernikahan yang diharapkannya menjadi pengobat luka hatinya, menjadi penggibur duka laranya, ternyata tidak. Kembali Ibu Anita tidak menceritakan sebabnya. Tetapi yang dia tidak tahan untuk mengatakan bahwa,” Aku cape kerja, lelah, aku pingin bahagia, aku ga’ mau menyesali apa yang sudah terjadi, tapi toh itu semua ga’ mungkin terlupakan karena tetap menjadi bagian hidup. Di tip ex pun tetap terlihat dan teraba. Ya...mungkin terhibur dengan kesibukan kerja dan menghabiskan waktu di kantor. Mau “menghilang” bukan keputusan baik karena tanggung jawabku pada “kids” yang tergantung padaku. Kang, beberapa kali aku berfikir ingin melompat saja dari jembatan jalan Tol, tapi aku tetap bertahan untuk menghadapi hidup ini.” Kali ini Ibu Anita pecah tangisnya. Subhanallah, tanpa ia bercerita pun saya kiranya dapat merasakan , betapa beratnya masalah rumah tangga yang sedang dihadapinya
Ada satu hal yang membuat saya surprise bila berbincang dengan Ibu Anita di telepon, ia mendahului dengan berucap,”Assalamu’alaikum.” Hal yang tidak pernah saya dengar sekian tahun yang lalu. Mestilah, saya pikir, ada sesuatu yang berubah. Beberapa kali ketika berbincang, bercerita via telepon, dia minta izin untuk berhenti dulu karena waktu shalat sudah tiba. Subhanallah.
Selama bercerita, Ibu Anita tidak mau menceritakan masalah apa saja yang dihadapinya selama berkeluarga. Dia hanya minta pandangan saya bagaimana caranya agar bisa diberi kemampuan dan kekuatan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Saya bertanya,”apa saja yang sudah dilakukan agar bisa memiliki kemampuan dan kekuatan untuk itu?” “Kang, saya berdoa dengan sepenuh hati disetiap shalat wajib dan tahajud saya. Saya minta kepada Allah untuk diberi kemampuan dan kekuatan untuk bisa menghadapi ini semua. Saya “ditemani” oleh sajadah, mengadu kepada Allah mengenai masalah hidup saya. Sajadah itu menjadi “teman” dan saksi saya di kala air mata saya mengalir di malam-malam tahajud saya ”
“Betul, itu sudah betul. Berarti kita sudah tahu kemana kita menyandarkan diri, kemana kita memohon petunjuk dan bantuan. Yang celaka adalah bila kita ketika sedang menghadapi masalah, sedang menghadapi kemelut hidup, apakah itu masalah keluarga, masalah bisnis, masalah penyakit yang berkepanjangan, masalah hutang yang bertumpuk, dll, kita tidak tahu harus kemana mencari tempat untuk menyandarkan diri, tempat untuk memohon bantuan, bisa-bisa terpeleset ke lembah kemusyrikan, mencari dukun, mencari paranormal dsb.
Lalu saya tambahkan,”Itu baru hablum minAllah. Ibarat orang pakai sepatu, kurang lengkap kalau hanya ber hablumminAllah, ikhtiar juga dong dengan ber hablumminannas. Apa itu? Ya berinfaq, menyantuni anak yatim, berbagi dengan fakir miskin. Kan Rasulullah pernah berpesan, sayangi yang di muka bumi, maka yang di langit akan menyayangi kamu.””Insya Allah, akan saya jalankan,”kata Ibu Anita menutup pembicaraannya.
Satu hal penting tentang ibu Anita dalam pandangan saya, ia baru menjadi Muslim ketika ia kuliah. Subhanallah.
mencari rezeki mencari ilmu , mengukur jalanan seharian
begitu terdengar suara adzan , kembali tersungkur hamba
ada sajadah panjang terbentang ,hamba tunduk dan rukuk
hamba sujud tak lepas kening hamba
mengingat Dikau sepenuhnya

Jakarta, 4 Mei 2009
Danu Kuswara
Cerah Hati Institute
021-27953797, 08129116242

Senin, 27 April 2009

RINDU KAMI PADAMU YA RASUL, RINDU TIADA TERPERI

rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa Dikau di sini
cinta ikhlasMu pada manusia
bagai cahaya suarga
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja
rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa Dikau di sini
cinta ikhlasMu pada manusia
bagai cahaya suarga
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja
rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa Dikau di sini

Bimbo terkenal karena mebawakan lagu-lagu yang bernuansa spiritual. Mereka mengajak orang banyak untuk berbuat kebaikan melalui lantunan lagu-lagu, yang memang enak untuk didengar, bermuatan pesan-pesan spiritual yang tinggi. Syair-syair lagu spiritual Bimbo umumnya ditulis oleh Bpk. Taufik Ismail. Saya pribadi setiap mendengar lagu ini, tak tertahankan air mata menetes di wajah. Rindu teramat sangat kepada Rasulullah, meski hanya pernah berziarah kemakam Beliau di Madinah. Kita yang memiliki kerinduan terhadap Rasulullah Saw, bisa dengan membaca kisah Beliau yang ditulis oleh a.l. Haekal.
Diceritakan, Iin Parlina, pelantun lagu ini, kalau sedang dipanggung, sering hanya sanggup menyanyikan dua baris, setelah itu menunduk berbalik badan membelakangi penonton karena menangis tersedu sedan.

Disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa ketika menjelang akhir hayatnya, Rasulullah SAW berkata, “Ummati,…ummati,…ummati,” umatku, umatku, umatku. Betapa Rasulullah menjelang akhir hayatnya, yang disebut bukannya Istri tercinta Beliau, Khadijah al Kubro, Aisyah RA, bukannya sahabat terbaiknya sekaligus mertuanya Abubakar As Shiddiq, bukannya Ayahanda Beliau Abdullah, bukannya Ibunda beliau Aminah, tetapi kita, umat Beliau.

Diceritakan juga dalam suatu riwayat, bahwa Rasulullah “belum rela” dipanggil oleh Allah SWT, sebelum Rasulullah mengetahui akan nasib umatnya kelak sepeninggal Rasulullah. Kemudian setelah itulah keluarlah Hadits Beliau yang mashur, yaitu, umat Rasullullah akan selamat bila berpegang teguh kepada dua hal, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Setelah itu pula keluar ucapan Rasulullah,”As Shalah, as Shalah, as Shalah.” Jagalah shalat, jagalah shalat, jagalah shalat.
Tak lama setelah itu, Rasulullah SAW menghembuskan nafas terakhirnya. Inna Lillahi wa inna Ilaihi Raji’un.

Teman-teman dan sahabat, mari sejenak kita membayangkan, ketika Rasulullah mengucap, “ummati, ummati, ummati.” Bahwa yang dimaksud ummati itulah antara adalah kita, apakah itu Danu, apakah itu Doddy, apakah itu Makmur, apakah itu Anna, apakah itu Nia, apakah itu Nana, betapa Rasulullah amat sangat mengkhawatirkan kita. Rasulullah amat sangat mencintai kita. Tetapi,…apakah kita sebaliknya mencintai Rasulullah? Saya berani menjawab, belum tentu.

Kenapa belum tentu? Wasiat Rasulullah terakhir adalah shalat. Apakah kita sudah konsisten menegakkan shalat? Seruan, hayya alas shalah, hayya alas shalah,…hayya alal falah, hayya alal falah, ini seruan Allah. Allah menyuruh kita bersegera menghadap-Nya, untuk diberi kemenangan, untuk diberi kesuksesan Tetapi masih banyak diantara kita yang malah “menyuruh” Allah untuk menunggu. Sebentar ya, saya lagi meeting, sebentar ya saya sedang ada tamu, sebentar ya saya berkendaraan, dsb.
Terbukti kan, dalam satu hal penting saja kita belum mencintai Rasulullah sekaligus kita tidak mencintai Allah. Ya Salam.

Bagi sebagian orang, Shalat dianggap sebagai hanya berdimensi Akhirat, melulu untuk urusan akhirat, tidak ada kaitannya dengan urusan dunia. Ini pandangan yang keliru. Shalat itu justru suatu ibadah yang memiliki dimensi dunia dan akhirat. Di kantor tempat kita bekerja, coba saja kita amati perbedan antara orang yang rapi dan terjaga shalatnya, dengan orang yang tidak shalat. Pasti berbeda. Ada keberkahan yang memenuhi rumah tangga orang yang menjaga shalatnya. Apakah itu dalam bentuk harmonisnya keluarga, anak-anaknya soleh dan solehah, terlepas dari belitan hutang dan seterusnya.

Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,yang artinya,”…dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” Jadi apabila seseorang rapi, istiqomah dalam mendirikan shalatnya, maka ia pun tidak akan melakukan korupsi, melakukan manipulasi, dan terhindar dari kejaran KPK.

Suatu hari sahabat saya didatangi oleh seoang guru TK (Taman Kanak-kanak). Begini katanya,”Mas, saya mau berubah.” “Berubah mau jadi apa?”jawab sahabat saya. “Bukan berubah begitu Mas, tapai saya mau berubah gaji yang saya terima selama ini.” “Memangnya gaji kamu berapa?” “Tiga ratus ribu.” Subhanallah, di Jakarta ada saat ini gaji guru TK tiga ratus ribu. Tapi itu memang kenyataan. Di pinggiran Jakarta masih ada TK yang menggaji gurunya sebesar itu, mengingat kondisi TK nya. “Memangnya kamu mau jadi berapa gajinya?” sahabat saya meneruskan. “Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Mas.” “Tanggung amat.”sergap sahabat saya. Memang bagi kebanyakan orang, sesuatu yang mereka inginkan tidak muluk-muluk. “Ya iya lah Mas segitu juga cukup, lha kepala TK nya aja juga segitu gajinya, tujuh ratus lima puluh ribu. Sekalian juga ya Mas doain saya biar bisa jadi kepala TK.”jawab si guru TK. Oh pantas, pikir sahabat saya, jadi dia mau berubah penghasilannya cukup dengan jadi kepala TK, rasional dan in line, enggak muluk-muluk.

“OK deh, coba aja jalankan rutin shalat tahajud sama berinfak”kata sahabat saya. “OK Mas, saya niatkan untuk mendirikan shalat tahajud selama dua bulan ditambah berinfak dengan seluruh gaji saya yang tiga ratus ribu selama dua bulan juga.”jawab si guru TK tegas. Subhanallah, kuat juga rupanya tekad si guru TK ini.

Dua bulan kemudian sahabat saya bertemu dengan guru TK tadi.”Bagaimana Mba’ apa doanya sudah terkabul agar naik gaji?”Tanya sahabat saya.”Alhamdulillah Mas, belum.”jawab si guru TK. Sahabat saya rada terkejut,”Tidak mungkin, pasti terkabul, kalau belum juga, terusin deh tahajudnya sama berinfaknya.” Kembali dua bulan kemudian bertemu lagi sahabat saya dengan si guru TK. “Bagaimana Mba’ apa sudah ada hasilnya, atau berubah gajinya?”Tanya sahabat saya mendahului.”Belum juga Mas, gaji saya belum berubah.”jawab si guru TK dengan wajah yang sumringah. Sahabat saya heran, kenapa harapannya belum terkabul, katanya, kok wajahnya cerah ceria.Si guru TK menyambung,”Memang Mas, gaji saya belum berubah tetap tiga ratus ribu, tetapi saya mendapatkan penghasilan tambahan yang jauh lebih besar, lima juta rupiah setiap bulan.” Terkejut sahabat saya.

“Bagaimana caranya kok bisa dapat pengasilan tambahan sebesar itu”Tanya sahabat saya heran sekali.”Menjawab si guru TK,”Begini ceritanya Mas, tiga bulan setelah saya mengamalkan shalat tahajud setiap malam, ditambah berinfak setiap bulannya, atau bulan lalu, saya dinikahi oleh seorang anak muda yang mempunyai gaji lima juta.”Subhanallah, Allah memberikan jawaban dan ganjaran jauh melampaui harapan si guru TK. “Lalu keinginan untuk jadi kepala TK nya bagaimana?” sambung sahabat saya. “itu juga tidak terkabul Mas, tetapi sekarang saya justru jadi pemilik TK.”jawab si guru TK dengan wajah yang tambah cerah ceria. Tambah terkejut sahabat saya.Si guru TK terus menyambung,”Pemuda yang menikahi saya itu rupanya anak dari seorang Ibu yang memiliki TK dimana saya mengajar. Jadilah TK itu kemudian diserahkan kepada saya.”

Subhanallah, coba kita lihat, seseorang yang menjalankan shalat seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah dan menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah seperti shalat tahajud dan berinfak, akan mendapatkan kesuksesan, dan malahan mendapatkan melebihi apa yang diharapkannya. Betapa tadi kita telah mebuktikan, bahwa shalat membawa benefit dunia dan akhirat. Dengan mendirikan shalat wajib, shalat-shalat sunnah dan amalan sunnah lainnya, kita sudah membuktikan cinta kita kepada Rasulullah. Sunnah-sunnah Rasulullah yang bisa kita jalankan adalah antara lain, shalat dhuha, menyantuni anak yatim, menyantuni fakir miskin.

Shalat wajib juga diiringi dengan sunnah qobliyah dan ba’diyahnya. Wasiat Raslullah kepada kita agar jangan meninggalkan shalat, tentulah memiliki arti yang amat dalam, yang harus kita cari tahu apa rahasia di balik itu semua. Shalat disamping bentuk penghambaan manusia kepada Allah, juga memiliki benefit yang luar biasa, yang harus kita pelajari dengan cara ya itu tadi, jangan sampai lupa shalat. Dan ajarkan juga kepada anak-anak kita untuk senantiasa mendirikan shalat, karena mereka adalah investasi kita apabila kelak kita sudah tiada.

Terima kasih kami padaMu ya Rasul, yang telah mewasiatkan perintah shalat kepada kami. Rindu kami padaMu ya Rasul, rindu tiada terperi. Berabad jarak dariMu ya Rasul serasa Dikau disini.

Jakarta, 27-04-2009
Danu Kuswara
Cerah Hati Institute
021-27953797, 08129116242