Senin, 27 April 2009

RINDU KAMI PADAMU YA RASUL, RINDU TIADA TERPERI

rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa Dikau di sini
cinta ikhlasMu pada manusia
bagai cahaya suarga
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja
rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa Dikau di sini
cinta ikhlasMu pada manusia
bagai cahaya suarga
dapatkah kami membalas cintamu
secara bersahaja
rindu kami padamu ya Rasul
rindu tiada terperi
berabad jarak darimu ya Rasul
serasa Dikau di sini

Bimbo terkenal karena mebawakan lagu-lagu yang bernuansa spiritual. Mereka mengajak orang banyak untuk berbuat kebaikan melalui lantunan lagu-lagu, yang memang enak untuk didengar, bermuatan pesan-pesan spiritual yang tinggi. Syair-syair lagu spiritual Bimbo umumnya ditulis oleh Bpk. Taufik Ismail. Saya pribadi setiap mendengar lagu ini, tak tertahankan air mata menetes di wajah. Rindu teramat sangat kepada Rasulullah, meski hanya pernah berziarah kemakam Beliau di Madinah. Kita yang memiliki kerinduan terhadap Rasulullah Saw, bisa dengan membaca kisah Beliau yang ditulis oleh a.l. Haekal.
Diceritakan, Iin Parlina, pelantun lagu ini, kalau sedang dipanggung, sering hanya sanggup menyanyikan dua baris, setelah itu menunduk berbalik badan membelakangi penonton karena menangis tersedu sedan.

Disebutkan dalam suatu riwayat, bahwa ketika menjelang akhir hayatnya, Rasulullah SAW berkata, “Ummati,…ummati,…ummati,” umatku, umatku, umatku. Betapa Rasulullah menjelang akhir hayatnya, yang disebut bukannya Istri tercinta Beliau, Khadijah al Kubro, Aisyah RA, bukannya sahabat terbaiknya sekaligus mertuanya Abubakar As Shiddiq, bukannya Ayahanda Beliau Abdullah, bukannya Ibunda beliau Aminah, tetapi kita, umat Beliau.

Diceritakan juga dalam suatu riwayat, bahwa Rasulullah “belum rela” dipanggil oleh Allah SWT, sebelum Rasulullah mengetahui akan nasib umatnya kelak sepeninggal Rasulullah. Kemudian setelah itulah keluarlah Hadits Beliau yang mashur, yaitu, umat Rasullullah akan selamat bila berpegang teguh kepada dua hal, yakni Al-Qur’an dan Sunnah Rasul.

Setelah itu pula keluar ucapan Rasulullah,”As Shalah, as Shalah, as Shalah.” Jagalah shalat, jagalah shalat, jagalah shalat.
Tak lama setelah itu, Rasulullah SAW menghembuskan nafas terakhirnya. Inna Lillahi wa inna Ilaihi Raji’un.

Teman-teman dan sahabat, mari sejenak kita membayangkan, ketika Rasulullah mengucap, “ummati, ummati, ummati.” Bahwa yang dimaksud ummati itulah antara adalah kita, apakah itu Danu, apakah itu Doddy, apakah itu Makmur, apakah itu Anna, apakah itu Nia, apakah itu Nana, betapa Rasulullah amat sangat mengkhawatirkan kita. Rasulullah amat sangat mencintai kita. Tetapi,…apakah kita sebaliknya mencintai Rasulullah? Saya berani menjawab, belum tentu.

Kenapa belum tentu? Wasiat Rasulullah terakhir adalah shalat. Apakah kita sudah konsisten menegakkan shalat? Seruan, hayya alas shalah, hayya alas shalah,…hayya alal falah, hayya alal falah, ini seruan Allah. Allah menyuruh kita bersegera menghadap-Nya, untuk diberi kemenangan, untuk diberi kesuksesan Tetapi masih banyak diantara kita yang malah “menyuruh” Allah untuk menunggu. Sebentar ya, saya lagi meeting, sebentar ya saya sedang ada tamu, sebentar ya saya berkendaraan, dsb.
Terbukti kan, dalam satu hal penting saja kita belum mencintai Rasulullah sekaligus kita tidak mencintai Allah. Ya Salam.

Bagi sebagian orang, Shalat dianggap sebagai hanya berdimensi Akhirat, melulu untuk urusan akhirat, tidak ada kaitannya dengan urusan dunia. Ini pandangan yang keliru. Shalat itu justru suatu ibadah yang memiliki dimensi dunia dan akhirat. Di kantor tempat kita bekerja, coba saja kita amati perbedan antara orang yang rapi dan terjaga shalatnya, dengan orang yang tidak shalat. Pasti berbeda. Ada keberkahan yang memenuhi rumah tangga orang yang menjaga shalatnya. Apakah itu dalam bentuk harmonisnya keluarga, anak-anaknya soleh dan solehah, terlepas dari belitan hutang dan seterusnya.

Di dalam Al-Qur’an Allah berfirman,yang artinya,”…dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” Jadi apabila seseorang rapi, istiqomah dalam mendirikan shalatnya, maka ia pun tidak akan melakukan korupsi, melakukan manipulasi, dan terhindar dari kejaran KPK.

Suatu hari sahabat saya didatangi oleh seoang guru TK (Taman Kanak-kanak). Begini katanya,”Mas, saya mau berubah.” “Berubah mau jadi apa?”jawab sahabat saya. “Bukan berubah begitu Mas, tapai saya mau berubah gaji yang saya terima selama ini.” “Memangnya gaji kamu berapa?” “Tiga ratus ribu.” Subhanallah, di Jakarta ada saat ini gaji guru TK tiga ratus ribu. Tapi itu memang kenyataan. Di pinggiran Jakarta masih ada TK yang menggaji gurunya sebesar itu, mengingat kondisi TK nya. “Memangnya kamu mau jadi berapa gajinya?” sahabat saya meneruskan. “Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Mas.” “Tanggung amat.”sergap sahabat saya. Memang bagi kebanyakan orang, sesuatu yang mereka inginkan tidak muluk-muluk. “Ya iya lah Mas segitu juga cukup, lha kepala TK nya aja juga segitu gajinya, tujuh ratus lima puluh ribu. Sekalian juga ya Mas doain saya biar bisa jadi kepala TK.”jawab si guru TK. Oh pantas, pikir sahabat saya, jadi dia mau berubah penghasilannya cukup dengan jadi kepala TK, rasional dan in line, enggak muluk-muluk.

“OK deh, coba aja jalankan rutin shalat tahajud sama berinfak”kata sahabat saya. “OK Mas, saya niatkan untuk mendirikan shalat tahajud selama dua bulan ditambah berinfak dengan seluruh gaji saya yang tiga ratus ribu selama dua bulan juga.”jawab si guru TK tegas. Subhanallah, kuat juga rupanya tekad si guru TK ini.

Dua bulan kemudian sahabat saya bertemu dengan guru TK tadi.”Bagaimana Mba’ apa doanya sudah terkabul agar naik gaji?”Tanya sahabat saya.”Alhamdulillah Mas, belum.”jawab si guru TK. Sahabat saya rada terkejut,”Tidak mungkin, pasti terkabul, kalau belum juga, terusin deh tahajudnya sama berinfaknya.” Kembali dua bulan kemudian bertemu lagi sahabat saya dengan si guru TK. “Bagaimana Mba’ apa sudah ada hasilnya, atau berubah gajinya?”Tanya sahabat saya mendahului.”Belum juga Mas, gaji saya belum berubah.”jawab si guru TK dengan wajah yang sumringah. Sahabat saya heran, kenapa harapannya belum terkabul, katanya, kok wajahnya cerah ceria.Si guru TK menyambung,”Memang Mas, gaji saya belum berubah tetap tiga ratus ribu, tetapi saya mendapatkan penghasilan tambahan yang jauh lebih besar, lima juta rupiah setiap bulan.” Terkejut sahabat saya.

“Bagaimana caranya kok bisa dapat pengasilan tambahan sebesar itu”Tanya sahabat saya heran sekali.”Menjawab si guru TK,”Begini ceritanya Mas, tiga bulan setelah saya mengamalkan shalat tahajud setiap malam, ditambah berinfak setiap bulannya, atau bulan lalu, saya dinikahi oleh seorang anak muda yang mempunyai gaji lima juta.”Subhanallah, Allah memberikan jawaban dan ganjaran jauh melampaui harapan si guru TK. “Lalu keinginan untuk jadi kepala TK nya bagaimana?” sambung sahabat saya. “itu juga tidak terkabul Mas, tetapi sekarang saya justru jadi pemilik TK.”jawab si guru TK dengan wajah yang tambah cerah ceria. Tambah terkejut sahabat saya.Si guru TK terus menyambung,”Pemuda yang menikahi saya itu rupanya anak dari seorang Ibu yang memiliki TK dimana saya mengajar. Jadilah TK itu kemudian diserahkan kepada saya.”

Subhanallah, coba kita lihat, seseorang yang menjalankan shalat seperti yang diwasiatkan oleh Rasulullah dan menjalankan sunnah-sunnah Rasulullah seperti shalat tahajud dan berinfak, akan mendapatkan kesuksesan, dan malahan mendapatkan melebihi apa yang diharapkannya. Betapa tadi kita telah mebuktikan, bahwa shalat membawa benefit dunia dan akhirat. Dengan mendirikan shalat wajib, shalat-shalat sunnah dan amalan sunnah lainnya, kita sudah membuktikan cinta kita kepada Rasulullah. Sunnah-sunnah Rasulullah yang bisa kita jalankan adalah antara lain, shalat dhuha, menyantuni anak yatim, menyantuni fakir miskin.

Shalat wajib juga diiringi dengan sunnah qobliyah dan ba’diyahnya. Wasiat Raslullah kepada kita agar jangan meninggalkan shalat, tentulah memiliki arti yang amat dalam, yang harus kita cari tahu apa rahasia di balik itu semua. Shalat disamping bentuk penghambaan manusia kepada Allah, juga memiliki benefit yang luar biasa, yang harus kita pelajari dengan cara ya itu tadi, jangan sampai lupa shalat. Dan ajarkan juga kepada anak-anak kita untuk senantiasa mendirikan shalat, karena mereka adalah investasi kita apabila kelak kita sudah tiada.

Terima kasih kami padaMu ya Rasul, yang telah mewasiatkan perintah shalat kepada kami. Rindu kami padaMu ya Rasul, rindu tiada terperi. Berabad jarak dariMu ya Rasul serasa Dikau disini.

Jakarta, 27-04-2009
Danu Kuswara
Cerah Hati Institute
021-27953797, 08129116242

Minggu, 19 April 2009

KETIKA TANGAN DAN KAKI BICARA; Sebuah Kenangan Lagu dari CHRISYE

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggungjawab tiba

Rabbana
Tangan kami, kaki kami
Mulut kami, mata hati kami
Luruskanlah, kukuhkanlah
Dijalan cahaya
Sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
Hamba-Mu yang hina


Penyair Taufiq Ismail menulis sebuah artikel tentang Krismansyah Rahadi atau yang akrab dipanggil dengan Chrisye (1949-2007) di majalah sastra HORISON.Krismansyah Rahadi (1949-2007): KETIKA MULUT, TAK LAGI BERKATA. oleh: TAUFIQ ISMAIL. Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, “Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas… Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?”
Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya, berikut keterangan berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi relijius.
Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul.

Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan harinya dan saya mau bilang, ” Chris, maaf ya, macet. Sori.” Saya akan kembalikan pita rekaman itu.

Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A’udzubillahi minasy syaithonirrojim. “Alyauma nakhtimu ‘alaa afwaa hihim, wa tukallimunaa aidhiihim, wa tasyhadu arjuluhum bimaa kaanu yaksibuun” saya berhenti. Maknanya, “Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.” Saya tergugah.
Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa!

Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke lirik-lirik lagu tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah. Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai.Lagu itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.
Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon,” Chris, alhamdulillah selesai”. Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal -usul inspirasi lirik tersebut.

Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi lagi, menangis lagi, berkali-kali. Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, “Chrisye, Sebuah Memoar Musikal,” 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar mencekam dan menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali menyanyikan lagu itu. Baru dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti (istri Chrisye) sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah lagu. Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki berkata.

Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa takberdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah. Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. “Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65…” kata Taufiq. Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi. Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini. Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu.

Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari terakhir menjelang ke Australia , saya lalu mengajak Yanti ke studio, menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai. Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu, itulah suara saya dengan getaran yang paling autentik, dan tak terulang! Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya ingin berlari!

Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama menyanyi. Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat kelak. Mengenai menangis, menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut. * * *

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. ” Kenapa Bang, kurang?” Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan hak saya.

Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya, tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar. “Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan Maha Pengampun ‘ kan?” Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.

Pada subuh hari Jum’at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem.

Semoga penyanyi yang lembut hati dan pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga terbuka lebar baginya. Amin.

Teman-teman dan sahabat, bila kita membaca Surat Yasin ayat 65 tadi, kita baca juga artinya, kita renungkan, betapa dahsyatnya Ayat tersebut. Bila kita memahami akan artinya, betapa tidak ada satu pun perbuatan yang kita lakukan semasa hidup akan luput dari pertanggungan jawab. Perbuatan baik yang kita lakukan akan mendapatkan ganjaran yang setimpal bahkan dilipatgandakan. Akan tetapi bila perbuatan buruk yang kita lakukan, maka tidak ada satu celah pun kesempatan untuk kita menyembunyikannya. Semua anggota tubuh akan memberikan kesaksiannya.

Mata indah yang kita miliki bila digunakan untuk mebaca Al-Qur’an, maka mata itulah yang kelak di akhirat memberikan kesaksian agar kita diberikan kredit poin berupa pahala. Demikian pula bila mata itu digunakan melulu untuk melihat kemaksiatan, melihat yang sia-sia, maka mata itulah yang bersaksi.

Ayat tersebut pada satu sisi, memberikan dorongan motivasi yang besar bagi kita untuk mempergunakan asset terpasang kita untuk selalu bersikap produktif. Mata yang dipergunakan untuk melihat yang baik-baik, membaca Kalam Illahi Al-Qur’an, maka mata yang indah ini akan bertasbih tiada hentinya memuji keagungan Allah. Bayangkan, ada anggota tubuh kita yang membantu kita bertasbih, luar biasa. Batu saja bertasbih dengan cara menggelinding turun dari ketinggian, ini lagi mata yang diberi nutrisi bacaan Kalam Illahi.

Bagi kita yang bisa dengan cerdas memahami ayat ini, insya Allah kita akan terhindar dan terjaga dari perbuatan yang sia-sia, perbuatan maksiat, perbuatan zolim dan sebagainya. Hidup kita akan terisi dengan hal-hal yang baik, seperti melangkahkan kaki ke tempat-tempat majelis ilmu, bukannya majelis dugem. Tangan kita dipergunakan untuk menyantuni anak yatim dhuafa, membangun kekuatan untuk memberdayakan umat Islam yang masih belum lepas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbatasan Tidak akan tangan kita dipergunakan mengambil sesuatu yang bukan haknya, apalagi hak orang miskin dan hak anak yatim. Tidak akan ada UFA (Unidentified Flying Amplop) di DPR dan lembaga lainnya.

Jakarta, 20 April 2009

Danu Kuswara
CeraH HaTi INstitute
Billy Moon Pondok Kelapa
021-27953797, 08129116242

Senin, 06 April 2009

SEBUAH SYAIR DARI EBIET G. ADE; HIDUP 1, Pernah Kucoba Untuk Melupakan Kamu.

Pernah, Kucoba untuk melupakan Kamu
Dalam setiap renunganku
Melupakan semua yang Kau goreskan
Pada telapak tanganku
Dan juga , Kucoba untuk meyakinkan pikiranku
Bahwa sebenarnya
Engkau tak pernah ada
Bahwa bumi dan isinya ini tercipta
Kerna memang harus tercipta
Bahwa Adam dan Hawa tiba-tiba
Saja turun
Tanpa kerna makan buah kuldi dahulu
Dan aku lahir
Juga bukan kerna campur tanganMu
Hanya kerna Ibu memang sudah seharusnya
Melahirkanku

Tetapi, Yang kurasakan kemudian
Hidup seperti tak berarti lagi
Dan ternyata bahwa
Hanya kerna kasih sayang-Mu
Yang mampu membimbing tanganku

Tuhan, maafkanlah atas
Kelancanganku
Mencoba meninggalkan-Mu
Sekarang, Datanglah Engkau bersama angin
Agar setiap waktu
Aku bisa menikmati kasih-Mu

Apabila kita mengingat Ebiet G. Ade, seringkali puisi dan lagu yang akrab dengan kita dan kita hafal hanya lagu-lagu “Untuk Sebuah Nama” dan “Camelia 1,2,3, 4, Berita Kepada Kawan dll”

Padahal puisi dan lagu-lagu Ebiet G. Ade sarat dengan nuansa yang kental mengungkapkan hubungan dengan Ke-Tuhan-an. Terutama pada album pertamanya “Camelia 1.” Khususnya pada lagu “Hidup 1; Pernah Kucoba untuk melupakan Kamu.” Entah mengapa setiap kali saya mendengarkan lagu ini hati saya terasa teriris dan menangis. Terasa sekali syair-syair lagu itu seakan mewakili suasana batiniah saya sekian tahun yang lampau. Tahun-tahun fase pencarian jati diri.

Syair tersebut, kalau meminjam istilah Bang Deddy Mizwar, adalah syairnya “Para Pencari Tuhan.” Mereka, bahkan saya dan mungkin banyak juga diantara kita, pernah mengalami masa-masa “jauh” dari Tuhan. Bahwa apa yang kita jalani dalam hidup ini kita anggap memang seutuhnya adalah karena andil kita sendiri.
Dalam puisi dan lagu Ebiet di atas, diakui oleh penulis puisi bahwa dia sudah berupaya sekuat tenaga, secara mati-matian meyakinkan pikirannya, mengenyampingkan peran Tuhan Yang Maha Kuasa dalam segala gerak dan denyut kehidupan. Bahwa bumi ini tercipta memang harus tercipta. Bahkan dia lahir memang karena Ibunya sudah seharusnya melahirkan. Bukan karena “campur tangan” Tuhan. Luar biasa upaya seseorang dalam pencarian jati dirinya.

Lalu apa yang kemudian didapatkannya? Dirasakannya hidup seperti tak berarti lagi. Hidup tapi seperti orang mati saja. Tanpa arah dan tujuan. Tetapi untungnya, penulis puisi tadi cepat kembali kepada fitrahnya, yaitu sebagai makhluk Tuhan. Dirindukannya “kedatangan dan kehadiran” Tuhan.

Dalam mengobati rasa bersalahnya kepada Tuhannya, ia pun memanjatkan doa dan taubat atas kesalahan dan kelancangannya, yang telah meninggalkan Tuhan selama bertahun-tahun.

Beberapa hari belakangan ini ada beberapa sahabat yang datang kepada saya bercerita tentang masalah yang mereka hadapi. Ada masalah pribadi, hubungan yang sedang bermasalah dengan suaminya, keluarga hingga bisnisnya. Tapi yang membuat mereka mudah untuk menceritakan permasalahannya kepada saya, yaitu mereka bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi, dan menyelesaikannya. Ternyata cara mereka menyelesaikan masalah tidak sulit-sulit amat. Mereka hanya istiqomah dalam beribadah, mendekatkan diri kepada Allah, berintrospeksi akan kesalahan dan dosa yang telah mereka perbuat selama ini, kemudian mereka meminta ampun dan bertobat. Selanjutnya ditambah dengan mengerjakan amalan sunnah. Ada juga yang menceritakan pengalaman spiritual yang bisa dibagi kepada sesama teman lainnya. Sharing ya kalau pakai bahasa gayanya.

Memang teman-teman dan sahabat, masalah kecil yang kita hadapi bisa berubah menjadi bencana, bila kita tidak tahu kemana harus mencari jalan keluar, kemana mencari sandaran. Padahal jawabannya setiap hari kita lafalkan minimal tujuh belas kali sehari. Iyya kana’budu wa iyyaa kaa nasta’in. Hanya kepadaMu ya Allah kami menyembah dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan. Tetapi seringkali pula kita lupa bila kita menghadapi masalah, menghadapi kemelut hidup, kita mencari pertolongan kepada pihak lain, yang justru kemudian malah menjerumuskan kita kedalam lembah penyesalan nan abadi di akhirat nanti.

Seorang sahabat, yang tinggal di Yogya berkirim cerita kepada saya tentang sebuah peristiwa yang terjadi di depan matanya yang dapat dijadikannya sebagai sebuah hikmah. Katanya sih mau sharing. Sebut saja namanya Yuniar, ia berkirim cerita bahwa beberapa hari lalu ia ikut nungguin operasi Abid, anaknya temannya yang baru kelas 5 SD. Yuniar berkisah “Selama hampir 5 jam di ruang tunggu operasi, saya mengalami banyak pencerahan keimanan. Kebetulan bersamaan dengan Abid, ada beberapa orang yang dioperasi. di situlah saya melihat berbagai karakter orang.
Di sela-sela lantunan lagu rohani katolik yang disetel operator (oya, RS Panti Rapih Yogya berbasis katolik, tapi banyak pasien Islamnya), ada penunggu yang khusuk berdoa, tak henti melafalkan doa, ada yang ngobrol, ada yang membaca buku doa.

Sekitar pukul 17.15 menjelang Abid keluar dari ruang operasi, masuklah serombongan keluarga yang mengantar anaknya akan operasi. Anak itu laki-laki umur 9 tahun, jatuh dari sepeda motor -- mungkin sudah pengin belajar naik motor Kang... -- kabarnya ada pembuluh darah yang pecah, kurang tahu sebelah mana, dan akan segera dioperasi. Namun ternyata ALLAH SWT berkehendak lain, belum sampai operasi dilakukan, anak tersebut meninggal dunia. Inna lillahi wa inna ilaihi roji'un...”

Juniar melajutkan kisahnya,”Si ibu , yang sebelumnya duduk lemas di depan saya sembari melafalkan istighfar dan selalu berdoa, segera beranjak ke ruang operasi dan diberitahu kalau anaknya meninggal dunia. Pecahlah tangisnya.
Dia menangis meraung-raung dan memukuli pintu ruang operasi. Mendengar hal itu kami diliputi rasa yang tidak karuan. Kebayang Kang?
Di antara kegalauan hati menunggu operasi Abid, kami ikut menangis menyaksikan seorang ibu yang mendadak kehilangan anaknya. Sebagai seorang ibu, saya bisa mengerti bagaimana hancurnya hati ibu itu.Walaupun saya tidak bisa membayangkan bila hal itu terjadi pada saya. Naudzubillahi mindzalik, saya berlindung pada ALLAH dari kejadian seperti itu.”

Kemudian Yuniar melanjutkan,”Sayangnya saya tidak bisa ikut menghibur ibu itu, Ingin rasanya bertemu sekedar mengucapkan bela sungkawa dan menguatkan hatinya, karena ternyata Abid sudah didorong keluar oleh perawat untuk dibawa ke ICU. Saya hanya bisa menjabat tangan dan mengucapkan simpati saya kepada salah seorang kerabatnya.”

”Peristiwa itu membekas di mata saya Kang. Suara tangisan ibu itu terngiang di telinga saya, menggalaukan hati saya. Ya ALLAH, kesedihan datang mendadak seperti itu... Alhamdulillah pagi tadi , saya sempat mendengarkan tausiah dari Ustadz Jefri di TV, beliau berkata bahwa kita tidak boleh meletakkan istri/suami, anak, pangkat/jabatan, harta kekayaan di hati kita. Karena semua itu hanyalah HAK GUNA PAKAI, yang sewaktu-waktu bisa diambil oleh ALLAH SANG PEMILIK kapanpun dan dengan cara bagaimanapun.”

”Langsung PLONG hati saya Kang... itulah jawaban kegalauan saya semalaman. Bila kita meletakkan sesuatu di hati kita, dalam arti sangat kita sayangi, kita banggakan, kita puja, tentu saat kehilangan kita akan merasakan pukulan yang telak... langsung TKO. Padahal pemilik semua itu adalah ALLAH SWT, benar-benar kita hanya dititipi, diamanahi...” Yuniar terus melanjutkan ceritanya

”Saya sangat bersyukur, dalam arti saya dapat menyaksikan peristiwa itu. Saya yakin itu semua bukan kebetulan, itulah cara ALLAH memberikan satu pelajaran berharga pada saya. Padahal sebelumnya, saya bermaksud hanya sebentar saja di RS Kang, setelah itu saya kembali ke kantor. Tapi ternyata hujan turun lebat sekali, dan jas hujan yang kami bawa (saya dan suami) hanya 1, daripada berbasah-basah ria kehujanan, jadilah kami tetap di ruangan itu hingga peristiwa itu terjadi. Subhanallah.. satu peristiwa yang makin membuat saya yakin, ALLAH punya kuasa atas segalanya... ALLAHU AKBAR.” Dengan menyebut takbir Yuniar menutup ceritanya.

Mudah-mudahan kita bisa menemukan nikmatnya berkomunikasi dengan Allah, yang mungkin sama besar nikmatnya mereka yang bersusah payah menemukan jalan untuk kembali kepadaNya. Peristiwa seseorang yang bersusah payah, berlelah-lelah berupaya menemukan TuhanNYa kita jadikan hikmah agar kita bisa sesegera mungkin menemukan Nikmat-Nya. Terima kasih kepada Mas Ebiet untuk puisi dan lagunya yang telah menginspirasi saya.