Rabu, 17 Desember 2008

Pada acara bedah buku di Masjid Al-Muhajirin Billy Moon Pd Kelapa (kebetulan saya yang menyelengarakan), buku yang dibedah berjudul "The Power of Akhlak, Menjadi Kesayangan Allah", yang ditulis oleh Ustadz Bobby Herwibowo LC dan Ustadz Ahmad Hadi Yasin MA, diungkapkan bahwa salah satu upaya menjadi kesayangan Allah adalah dengan memberikan yang terbaik untuk Allah. Berikut yang disampaikan oleh Ust. Bobby

Seorang pria asal Malang Jawa Timur pada tahun 1994 terbersit untuk berangkat haji. Dialah Muhammad Kasim, bukan nama asli. Meski dia tahu bahwa dirinya bukanlah orang yang berada. Dengan rezeki seadanya, ia hidupi istri dan anak-anaknya dengan cara memborong bangunan. Tahun itu, Kasim baru saja memiliki modal yang cukup. Tapi entah mengapa, Allah mengilhami kerinduan untuk datang ke Baitullah dalam hatinya.

Uang yang biasa ia pakai modal untuk memborong bangunan pun ia setorkan ke bank sebagai Ongkos Naik Haji (ONH). Kasim adalah manusia kesekian yang melakukan hal yang sama seperti jutaan jemaah haji lainnya. Mereka berniat berjumpa dengan Allah Swt tanpa perhitungan keduniawian sama sekali. Mereka mencoba untuk datang menghadap Allah Swt dengan memberikan hal terbaik yang pernah mereka miliki.

Subhanallah! Langkah Kasim menuju rumah-Nya mendapat kemudahan. Ia pun berangkat di tahun yang sama. Sesampainya di sana, ia melakukan ibadah dengan khusyuk dan nikmat. Belum pernah ia merasakan hal seperti itu sebelumnya! Bahkan karena terlalu khusyuk, ia tidak resah meninggalkan keluarganya tanpa bekal, bahkan ia tidak pernah mengingat usahanya yang kini sudah tiada lagi bermodal. Semua uang yang ia miliki, seluruhnya telah ia habiskan untuk datang menghadap Tuhannya. Kenikmatan ibadah itu pun terus berlangsung, dan Kasim larut dalam lautan cinta Tuhannya.

Hingga, saat perpisahan dengan rumah Allah Swt pun tiba. Dalam tawaf wada’ yang ia lakukan, air mata Kasim mengalir deras. Perasaannya hanyut dan hatinya hancur tak kuat meninggalkan rumah tersuci itu. Di depan Multazam , sambil mengangkat tangan seraya berdoa... Dengan air mata yang jatuh menetes di pipi... Suara tersengguk dengan isak tangis itu pun terdengar dari mulutnya:

Ya Allah.... Kini tiba waktu perpisahan diriku dengan rumah-Mu. Berilah aku kesempatan untuk dapat mengunjunginya lagi, bila itu tak terwujud, maka janjikanlah padaku surga sebagai ganti.
Allah...., tak tahu apa yang dapat aku berikan kepada-Mu... Namun sesampainya di rumah, aku akan berikan 1000 hariku di jalan-Mu, dan aku tidak berharap pamrih dari manusia. Aku ingin memberi yang terbaik untuk-Mu, ya Rabbi!

Entah apa yang merasuki benak Kasim? Ia sendiri tidak mengerti mengapa ia berucap sedemikian. Namun ia merasakan sebuah cinta yang terdalam. Begitu membekas dan memberi cahaya dalam hatinya. Kasim mengerti bahwa inilah yang disebut sebagai cinta sejati.

Kasim pun pulang ke tanah air. Sepanjang jalan menuju rumah kediaman, baru muncul kembali di benaknya gambaran istri dan anak-anaknya. Tak lupa setan pun memunculkan kembali kekhawatiran akan usaha yang tidak mungkin lagi berjalan sebab modal yang telah habis. Namun, Kasim masih tetap tenang. Tetap tersenyum sebab ia telah mendapatkan cinta Tuhannya.

Siapa yang memberikan hal terbaik kepada Allah Swt, maka Dia Swt akan membalas dengan hal terbaik yang Dia miliki!

Kasim tiba di rumah. Itu adalah hari pertama nazarnya kepada Allah Swt. Banyak sanak keluarga yang berdatangan, tak lupa juga para tetangga. Semua datang untuk bersilaturrahmi kepada Kasim yang baru pulang dari tanah suci.
Semua bahagia tatkala mendapat oleh-oleh dan hadiah dari Kasim. Tiba giliran seorang tetangga yang datang berjalan dengan kaki kanan terseret. Kasim menatap tajam ke arah kaki tersebut. Setelah tetangga itu duduk mendekat ke arah Kasim, baru ia ketahui bahwa tetanggaya baru saja terkena stroke.

Kasim merasa kasihan. Saat ia tinggalkan kampungnya, tetangga ini masih sehat-sehat saja. Namun kini ia dapati, tetangganya telah terserang stoke dan sulit untuk bergerak.

Entah apa yang menggerakkan tangan Kasim..., tiba-tiba tangan Kasim bergerak ke arah kaki tetangganya. Kain celana yang menutupi kaki kanan tetangganya ia singkapkan. Subhanallah! Kasim seolah tak percaya... ia mampu melihat jalur dan susunan urat saraf yang ada di kaki tetangganya. Sungguh, Allah Swt telah menyingkapkan sebuah rahasia pandangan yang tidak Dia Swt berikan kepada makhluk lainnya. Kasim dapat melihat struktur urat saraf dengan mata kepalanya sendiri!

Ia sendiri tak tahu apa yang harus dilakukan. Titik-titik urat syaraf yang terlihat terhambat olehnya, kemudian ia sentuh dengan jari-jari tangannya. Ya, hanya sentuhan bukan pijitan. Subhanallah! Dengan beberapa sentuhan ringan..., wajah tetangganya yang terkena stroke terlihat meringis kesakitan. Hanya dalam hitungan menit, Kasim pun menyudahi praktek pertamanya.

Kasim sendiri tidak percaya atas apa yang ia lakukan, namun berbeda dengan tetangganya, ia terlihat agak plong dan rasa sakit yang dideritanya mulai agak ringan ia rasakan. Tetangga itu berkali-kali minta Kasim untuk melakukan hal yang sama hingga ia pun dengan izin Allah menemukan kesembuhan. Alhamdulillah!

Sudah banyak orang yang mendapatkan kesembuhan atas penyakit yang diderita lewat tangan Kasim. Hingga hari yang keseribu, ia bekerja tanpa pamrih manusia, Lillahi Ta’ala!

Terakhir, Kasim memberitahukan bahwa sudah dua presiden RI yang berobat kepadanya dan ia pun masih bekerja tanpa pamrih.

Siapa yang memberikan hal terbaik kepada Allah Swt, maka dengan mudah Dia Swt akan memberikan yang terbaik pula kepadanya. Yakinilah hal itu, dan mulai amalkan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar