Minggu, 18 Januari 2009

REZEKI YANG TAK TERDUGA

Suatu hari seorang teman saya, namanya Firman dalam sebuah obrolan di rumah, memberi sebuah kesimpulan yang saya tidak duga, yaitu rezeki dari Allah itu tidak pernah salah alamat. “Maksudnya apa Man?” tanya saya jadi pingin tahu lebih mendalam. “Begini Kang, kalau saya lihat supir-supir angkot kalo’ lagi narik kan suka belok sama berhenti seenaknya. Suka bikin pengguna jalan lainnya jengkel. Menghalangi jalan, bikin macet, suka serempeten. Udah gitu penumpang yang diuber-uber ya segitu aja. Tapi nih Kang, saya pernah naik mikrolet dari Senen ke Kampung Melayu. Supirnya udah rada tua. Narik angkotnya kaya’ orang yang ngga’ butuh penumpang.” Firman ngomong dengan penuh semangat. “Kaga’ butuh penumpang kaya’ gimana?” tanya saya pingin tahu lebih jauh.

“Iya tuh, dia ga’ pernah ngetem nungguin penumpang. Kalo ngga’ ada yang nyetopin dia engga’ berhenti.Tapi penumpangnya sepanjang perjalanan ngga’ pernah kosong. Kalo ada yang turun, ada juga yang naik. Eh anehnya, waktu ada mikrolet lain nyalip dia buat ngambil penumpang, itu calon penumpang malah naik mikrolet dia.” Jelas Firman. “Iya Man, rezeki mah udah ada yang ngatur. Yang penting kita istiqomah dalam berikhtiar mencari rezeki di jalan yang benar, penuh kesabaran dan syukur, maka Allah pasti memberikan rezeki yang memang sudah dipersiapkan buat kita itu kepada kita.”Kata saya sembari nambahin penjelasan.

Teman saya yang lain, Bayu, juga ikut nambahin. “Bener Kang, coba kalo kita amatin. Kalo kita bercukur, maka terbesar kemungkinan tukang cukurnya berasal Garut. Kalo kita nemuin tukang “rokok” yang ada di pinggir jalan atau yang ada di ujung dari gang perumahan kita, maka bisa diperkirakan kebanyakan mereka dari Kuningan, Jawa Barat. Begitu juga Kang, tukang tambal ban di pinggir jalan, kebanyakan mereka ya dari Tapanuli. Tukang kredit keliling yang suka muter di perumahan, dari Tasikmalaya.” “Kamu punya penjelasan Yu.”tanya saya. “Begini, setiap orang itu akan mendapat rezeki dari keterampilan yang dimiliki. Orang Garut yang punya ketrampilan mencukur, maka ia akan membuka usaha cukur rambut. Jadi orang lain akan membayar atas jasa atau ketrampilan dan jerih payah kita. Sama juga halnya dengan kita. Keterampilan atau keahlian apa yang kita miliki dan kita “jual” sehingga orang lain mau mengeluarkan uang atas jasa penggunaan keahlian atau keterampilan kita.”Bayu menjelaskan dengan penuh semangat.

Jadi dari obrolan tadi, intinya jangan pernah berharap rezeki akan datang begitu saja tanpa ada satu usaha untuk menunjukkan satu keterampilan atau keahlian yang kita miliki. Lebih dari satu keterampilan atau keahlian yang kita miliki, insya Allah akan lebih pula yang bisa kita dapat. Tidak punya keterampilan satu pun, siap-siap gigit jari karena kesempatan selalu terlewat begitu saja tanpa bisa kita raih. Bahkan untuk menjadi Office Boy (OB) sekali pun memiliki keterampilan khusus yang menjadi prasyarat agar bisa diterima sebagai OB.

Dari obrolan ringan-ringan berat tadi saya jadi punya bahan untuk saya sampaikan kembali kepada teman-teman yang suka pada ngumpul di Masjid sehabis lepas Shalat Maghrib.

Kalau dari obrolan teman-teman saya Firman dan Bayu saya bisa simpulkan bahwa cara mencari rezeki tadi adalah rezeki yang bisa diduga, terukur, persis seperti orang kerja di pabrik, kantoran, menjadi guru atau dosen, bahkan para pensiunan dan sebagainya. Tanggal 25 atau tanggal 1 setiap bulannya sudah diperkirakan akan dapat sejumlah gaji atas imbalan kerja kita selama satu bulan. Bahkan kalau ada potongan seperti hutang atau kas bon pun bisa diperkirakan besarnya gaji yang kita peroleh sisanya.

Nah, bagaimana ceritanya dengan rezeki lain yang sifatnya tak terduga? Memangnya ada? Mari kita belajar dari kisah, katakanlah dari seorang yang saya kenal, namanya Budiman. Budiman ini sekitar tahun 2006 lalu baru saja menyelesaikan pembangunan rumahnya, setelah sekitar dua belas tahun menikah. Biaya mendirikan rumahnya itu lumayan besar dengan dua lantai, yang selama proses pembangunannya banyak diwarnai serangkaian “keajaiban-keajaiban” yang sampai sekarang sulit dicerna oleh akal Budiman dan istrinya. Dengan modal awal uang simpanan hanya 40 juta, selesailah rumah seharga kira-kira 10 kali lipat dari modal awalnya.

Memang sih ada juga dia pinjam duit sama temen dan keluarga buat bayar ongkos tukang yang mesti dibayar setiap sabtu sore. Karena duitnya baru keluar minggu depan ya pinjam dulu. Baginya yang penting upah tukang kebayar dulu. Selama proses pembangunan rumahnya hingga selesai tidak pernah sehari pun macet. Singkat kata selesailah pembangunan rumah itu dalam tempo 6 bulan,

Suatu sore sekitar jam 4 sore sehabis Ashar di hari Minggu di waktu Budiman lagi merapihkan tanaman di halaman kecilnya, Budiman kedatangan seseorang yang rupanya supir dari mertuanya yang sudah bekerja di mertuanya sejak istrinya masih sekolah SMP. Rupanya pak sopir itu membawa surat titipan dari Ibu Mertua, yang ketika dibuka dan dibaca isinya berita bahwa anak dari pak sopir tadi mau dioperasi tumor di payudaranya dan membutuhkan biaya. Untuk itu dimohonkan kepada para anak menantunya untuk bersedia patungan nambahin meringankan pembiayaannya.

Budiman bertanya kepada istrinya,”Mah, kira-kira kita masih ada uang ngga’?” Maklum, setelah selesai bikin rumah, semua uang tabungan bahkan kalung sama cincin istrinya juga habis. “Ada sih Bang, kalau sampai habis bulan sih cukup deh. Memang Abang mau bantu berapa”Jawab istrinya. “Bagaimana kalau 500 ribu, ada ngga?”Kata Budiman lagi.”Ada Bang”kata istrinya. “Ya sudah kita bantu segitu, Bismillah saja, semoga jadi barokah.”kata Budiman sambil memasukan uang 500 ribu ke amplop dan diberikan kepada pak sopir.

Besok paginya, hari senin sekitar pukul setengah enam, diwaktu Budiman baru saja menghirup kopi sebelum berangkat ke tempat kerja, telepon di rumah berdering. Ternyata dari Uwak istrinya yang tinggal di Ciamis. Uwaknya tersebut memberikan kabar bahwa kakaknya Uwak sedang menuju Jakarta, khusus ingin menemui istri Budiman yang katanya mau ngasih uang sebesar 5 juta, bagi-bagi habis jual tanah di kampungnya di Ciamis, sebagai hadiah buat ponakannya.

Subhanallah, belum sampai 24 jam Budimandan istri menginfakkan uang sebesar 500 ribu untuk membantu biaya operasi anak pak sopir mertuanya, Allah sudah menggantinya sebanyak 10 (sepuluh) kali lipat. Benar Firman Allah,”Wa yarzuqhu min haitsu laa yahtasib.” “Dan Allah akan memberi rezeki dengan cara yang tidak diduga-duga.” (QS At-Thalaq:3)

Dari kisah di atas apakah kita juga bisa meraih rezeki tak terduga seperti itu? Mengapa tidak?

Mari kita coba saja langkah-langkah berikut ini;

Pertama, Gemar beristighfar, mohon ampun kepada Allah, taubat. Itulah ikhtiar kita. Sebuah usaha yang jarang ditempuh oleh kebanyakan orang. Ikhtiar yang menurut kebanyakan orang, termasuk juga saya, hanya akan mendatangkan maghfirah dan ampunan Allah SWT. Namun, siapa menyangka, saat manusia membutuhkan karunia Allah Yang Maha Kaya, saat nafkah terasa berkurang, mungkin saja disebabkan kita belum menyambut “ampunan” Allah SWT. (QS Hud:11)

Kedua, Gemar Bersedekah. Seorang Ustadz, teman saya, berkata, bahwa kalau pingin rezeki lapang dan selalu ada saat kita membutuhkan,...maka jangan lupa untuk menolong orang. Coba deh,...berbagi dengan sesama. Sebab, rezeki Allah bisa kita dapatkan , kita raih, kita beli dengan cara berinfak. Di dalam Hadits Qudsi, Allah memastikan eksistensi (keberadaan) sedbuah hukum kausalitas, hukum sebab akibat. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, Allah SWT berfirman,”wahai anak Adam berinfaklah, karena sebab berinfak engkau akan mendapatkan nafkah!”(Muttafaq Alaih)

Ketiga, Bertaqwa secara istiqomah. Didalam Al-Qur’an Alah SWT berfirman,”Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia mengadakan baginya jalan keluar. Dan Dia memberi rezeki dari jalan yang tidak diduga-dua.” (QS At-Thalaq:2-3)

Ke empat, Istiqomah Shlat Dhuha. Orang yang gemar melaksanakan Shalat Dhuha karena Allah, akan diberikan kelapangan rezeki oleh Allah. Rasulullah SAW menjelaskan dalam hadits Qudsi dari Abu Darda’ bahwa Allah berfirman:”Wahai anak Adam, rukuklah (shalatlah) karena Aku pada awal siang (shalat Dhuha) empat rakaat, maka Aku akan mencukupi (kebutuhan)mu sampai sore hari.” (HR Tirmidzi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar